Fokuskini – Implementasi ajaran agama apapun itu sesungguhnya berimplikasi pada perbuatan yang menyentuh ranah ihsan yaitu berbuat sesuatu yang bermanfaat.
“Menghadirkan nilai kemanusiaan dalam amaliah keagamaannya,” ungkap sang penggagas Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, Eddie Karsito yang resmi didirikan pada 17 Februari 1995.
“Inilah pesan kandungan Kitab Suci agama langit (samawi) yang menjadi spirit berdirinya Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan,’ imbuhnya.
Spirit membantu sesama; menolong orang. Saling memuliakan; memanusiakan manusia.
Membumikan ajaran agama sebagai wujud iman yang dinyatakan dalam bentuk perbuatan; memanusiakan manusia.
“Kemanusiaan yang didasari intimitas; hubungan sosial bersifat mendalam dan menyeluruh; rasa saling asih, asah serta asuh,” lanjutnya.
Eddie Karsito mengaku ditempa oleh kemiskinan harta dan rumah hunian, karena sempat berawal hidup dengan orangtua di tengah hutan Sumatra Utara.
Kesan hidup yang menyadarkan dirinya untuk beramal dan menyokong bantuan kemanusiaan terhadap masyarakat miskin yang tetap tabah menghadapi tantangan semesta.
“Walau susah, walau lapar mereka tetap bekerja (meski harus) memulung sampah,” pujinya.
“Pemulung (adalah) kesatria. Keringat mereka bercampur air hujan. Terasa manis-manis asin. Seperti perjalanan hidup mereka. Tidak usah bersedih. Walau lapar, walau serba kekurangan, jangan menjual kesedihan untuk mendapat simpati orang lain. Jangan mengemis. Jangan meminta-minta sebab dilarang agama. Tuhan mencukupkan bagi hamba-Nya yang mau bekerja. Terus bersyukur sampai kita lupa mengeluh,” papar Eddie panjang lebar.
Wartawan dan pelaku seni budaya ini juga mengajarkan kepada mereka bagaimana berjiwa filantropis.
Menjadi orang yang bukan saja senang menerima sedekah, melainkan juga lebih banyak memberi.
”Jangan pernah menjual kesedihan untuk mendapat simpati dari orang lain,” begitulah kata-kata yang selalu Eddie ulang.
“Saya ingatkan kepada mereka. Menjadi pemulung; bekerja keras juga terhormat di mata Tuhan. Bekerjalah! Sebab Tuhan Maha Bekerja.”
Sebab kita tidak meminta-minta, maka upaya kita adalah membangun usaha-usaha bersifat sociopreneurship.
Yaitu usaha yang menggabungkan kewirausahaan dengan misi sosial.
Antara lain koperasi yang sedang kita rintis, bersama Program Sedekah Barang yang kita buatkan store bekerjasama dengan BAZNAS RI.
Nama koperasinya, Koperasi Humaniora Rumah Niaga. Sebuah gerakan ekonomi yang bertumpu untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi anggota dengan berbagai upaya nyata dan aplikatif.
Koperasi Humaniora Rumah Niaga membangun spirit kerja, perkawanan, transaksi, dan segala bentuk perjumpaan bisnis yang berkembang dalam paradigma ketulusan, kebaikan budi, dan cinta kasih.
Berdasarkan relasi manusiawi yang memberi ruang pada kedewasaan, kemandirian, dan kehidupan bersama dengan adil.
“Etika dasar semacam inilah yang kita inginkan tidak hanya bergema sebagai dogma agung. Melainkan menjadi sikap batin dan kesadaran kolektif yang menjelma dalam tindakan nyata, yaitu; bisnis yang memanusiakan manusia,” pesan aktor peraih penghargaan di Festival Film Bandung.
“Insya allah segera operasi BAZNAS Charity Store merupakan lokapasar yang menjual berbagai jenis produk sumbangan dari masyarakat yang telah disalurkan melalui Program Sedekah Barang yang diselenggarakan BAZNAS RI dan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan,” harapnya.
Hasil kegiatan ekonomi tersebut, dikehendakinya, dapat mensubsidi; membantu anak-anak yatim, piatu, anak jalanan, fakir miskin, janda lanjut usia, pedagang keliling, serta anak dan keluarga pemulung, dan kaum mustad’afin lainnya. (John Yoseph Sinyal)