Fokuskini – Hebat! Lebih dari tigapuluh seniman perupa dikuratori Mayek Prayitno dengan begitu antusiasnya terlibat dalam kegiatan eksibisi “Tribute To Pramoedya Ananta Toer” yang berlangsung hingga 10 Mei mendatang di Balai Budaya, Jakarta Pusat diresmikan oleh Dr Soesilo Toer yang sempat turut jadi tahanan politik, sebagai adik dari sastrawan yang karya-karya novel melegendanya banyak diterjemahkan ke empat puluhan bahasa asing namun terbilang tidak dihargai di negerinya sendiri meski bukti nyata penghargaan internasional mampu diraih bahkan pada masa produktif beliau diasingkan di balik sel penjara lewat tuduhan terlibat aksi perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru.
Aktif sebagai budayawan Lekra, ia pernah pula ditahan era pendudukan kolonial Belanda, dan juga sempat berlawanan dengan sikap politik Bung Karno, namun sepanjang usia kehidupannya justru paling getir menimpa di pemerintahan rezim Orde Baru karena jadi narapidana kasus politik tanpa lewat vonis di sidang pengadilan.
Sastrawan mendunia yang wafat pada 30 April 2006 ini, seperti dikatakan kurator Mayek menjadi makna inspirator petarung dan sosok simbol perlawanan yang karya-karyanya diyakini mampu menembus ratusan tahun ke depan utamanya bagi kaum muda pencari keadilan duniawi.
Lantaran, menurut pandangannya, dari dulu itu hingga sekarang situasi dan suasananya kurang lebih masih sama cuma berbeda orang. Permainannya tetap sama namun dengan para pemain yang berbeda.