Fokuskini – Jelang awal musim baru kompetisi liga sepakbola Eropa seringkali menciptakan daya tarik tersendiri soal kontrak beberapa pemain rekrutan baru, tetapi paling ditunggu mungkin siapa pelatih yang jadi korban pemecatan atau memilih pamit dan sosok pembawa harapan baru selaku penggantinya.
Gian Piero Gasperini telah diperkenalkan kemarin sebagai pelatih baru klub Italia, AS Roma dengan catatan sembilan tahun yang sangat sukses di pucuk pimpinan Atalanta.
Gasperini, 67 tahun, bergabung dengan Roma dengan kontrak tiga tahun setelah mengubah Atalanta menjadi salah satu tim terbaik dari arena liga Serie A Italia, dengan memenangkan Liga Europa tahun lalu.
Pelatih yang lengser, Claudio Ranieri, mengundurkan diri setelah Roma finis di posisi kelima di Serie A, tetapi hadir untuk menyambut Gasperini, dan berdiri di samping pelatih baru itu saat Roma memperkenalkan Gasperini.
“Karier Gasperini ditentukan oleh taktik kreatifnya, dedikasinya terhadap kerja keras, dan pengembangan pemain yang luar biasa.”
Selain sanjungan, situs resmi Roma juga mengartikan, pihak pemilik maupun Claudio Ranieri yakin Gasperini adalah orang yang tepat untuk misi kemenangan Roma.
Roma terakhir kali lolos ke Liga Champions Eropa pada 2017.
Atalanta punya alasan kuat merekrut Ivan Juric sebagai pelatih baru, karena berharap ia dapat mengikuti jejak mentornya Gian Piero Gasperini.
Atalanta penuh percaya dengan ahli taktik lain setelah sembilan tahun yang luar biasa di bawah asuhan Gasperini; lolos ke Liga Champions lima kali dalam tujuh musim terakhir dan memenangkan Liga Europa.
Bukan jadi keputusan sepihak tapi setelah hasil diskusi dengan Thiago Motta dan Raffaele Palladino, Atalanta telah menetapkan Juric sebagai pewaris ideal Gasperini .
Pria Kroasia itu mantan pemain sektor gelandang di Crotone dan Genoa, kemudian bertindak sebagai asisten manajer di Inter Milan dan Palermo.
Mereka telah menyusun kontrak dua tahun senilai EUR2 juta per musim ditambah EUR500.000 dalam bentuk bonus terkait kinerja yang dicapai.
Moga bukan pilihan yang salah, karena musim lalu merupakan masa suram bagi Juric, yang sempat bertahan dalam 12 pertandingan di Roma sebelum dipecat, kemudian bermain dalam 16 pertandingan bersama Southampton yang berakhir dengan degradasi dari liga primer Inggris.
Di antara kedua klub, ia mencatat enam kemenangan, empat kali seri, dan 18 kekalahan di semua kompetisi.
Lalu apa yang sulit buat dimengerti kenapa Tottenham Hotspur telah memutuskan untuk memecat manajer Ange Postecolgou meskipun ia punya jasa memenangkan Liga Europa.
Jadi begini kabarnya, sumber Givemesport memahami The Lilywhites menjalani musim yang campur aduk saat lolos ke Liga Champions edisi 2025/26 setelah menang atas Manchester United, namun tetap dianggap gagal karena finis di peringkat ke-17 di Premier League dengan rekor 22 kekalahan dalam 38 pertandingan.
Berikut adalah potongan pernyataan resmi pihak Spurs: “Setelah meninjau kinerja dan pertimbangan matang, Kklub dapat mengumumkan bahwa Ange Postecoglou telah dibebaskan dari tugasnya.”
“Ange bergabung dengan kami dari Celtic pada musim panas tahun 2023 dan mengawasi periode perubahan di lapangan, mengembalikan kami ke gaya sepakbola menyerang yang secara tradisional dikaitkan dengan Klub, sekaligus menulis babak baru dalam sejarah kami dengan membawa kami meraih kejayaan Liga Eropa UEFA di Bilbao bulan lalu — Ange akan selalu dikenang sebagai manajer ketiga dalam sejarah kami yang mempersembahkan trofi Eropa, bersama tokoh legendaris Bill Nicholson dan Keith Burkinshaw.”
Akan tetapi, pihak Dewan telah dengan suara bulat menyimpulkan bahwa perubahan harus dilakukan demi kepentingan terbaik Klub.
Setelah mengawali musim 2023/24 dengan positif, kami mencatat 78 poin dari 66 pertandingan terakhir.
“Puncaknya adalah finis terburuk kami di liga primer musim lalu. Meskipun memenangkan Liga Europa musim ini yang merupakan salah satu momen terhebat Klub, kami tidak dapat mendasarkan keputusan kami pada emosi yang terkait dengan kemenangan.”
Ini merupakan salah satu keputusan tersulit yang harus kami buat dan bukan keputusan yang kami ambil dengan mudah, juga bukan keputusan yang kami ambil dengan tergesa-gesa.
Kami telah membuat apa yang kami yakini sebagai keputusan yang tepat untuk memberi kami peluang terbaik untuk sukses di masa mendatang, bukan keputusan yang mudah.
Kami memiliki skuad muda yang berbakat, dan Ange telah memberi kami landasan yang hebat untuk berkembang. (dari berbagai sumber)

