Lomba Kritik Film dan Artikel Film 2018, Penuh Gaya Bahasa Milenial

Fit Afiat LEISURE TIME

FOKUSKINI – Tanpa hadirnya kritik film, kualitas karya film jadi ringan tanpa pertimbangan. “Jadi, kritik bisa membuat kreatornya berinteraksi dengan pengkritik dan penonton filmnya. Seperti sayur tanpa garam. Tanpa kritik, film menjadi hambar,” demikian dikatakan sutradara John de Rantau, terkait gelaran Lomba Kritik Film dan Artikel Film 2018 di Studio 7 TVRI, Jakarta, hari Kamis (6/12/2018).

John de Rantau yang merangkap sebagai anggota dewan juri Kritik Film, bersama Wina Armada, Bre Redana, Remy Sylado, Dr Maman Wijaya dan Dr Ekky Imanjaya telah berkeputusan memenangkan Ary Saptaji sebagai peraih penghargaan penulisan Kritik Film

Dengan artikel kritiknya berjudul “Surat Terbuka Untuk Marlina”, Ary Saptaji mengupas tuntas karya film “Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak”. Ketua Dewan Juri Kritik Film, Wina Armada mengatakan, ada kesalahan mendasar pada hampir semua peserta kategori Kritik Film, yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang masih buruk, serta terlalu banyaknya penggunaan bahasa asing, yang tidak pada tempatnya.

“Lebih banyak yang menulis dengan menggunakan gaya bahasa milenial, tanpa pemahaman bahasa Indonesia yang memadai,” tambah Wina, menyayangkan.

Untuk kategori Artikel Film, muncul nama Achmad Muchtar sebagai pemenang, melalui judul “Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak: Perempuan Menolak Kalah”. Dewan Juri Artikel Film yang diketuai jurnalis senior Ilham Bintang, mencatat terdapat kesalahan mendasar pada hampir seluruh artikel peserta lomba.

Pertama, terdapat kelemahan yang sangat mengganggu pada penggunaan bahasa Indonesia yang belum mencapai taraf yang baik dan benar. Kelemahan itu termasuk pada lima nominee penulis artikel unggulan pemenang. Kedua, terjadi inkonsistensi pilihan topik artikel dengan pembahasannya.

Ketiga, terlihat kemalasan penulis untuk memperbarui bahan dan data demi bisa menguatkan argumentasi analisisnya. Dukungan data yang kurang memadai pada hampir semua artikel. Keempat, naskah peserta didominasi kutipan-kutipan berbagai narasumber yang terkadang kurang relevan dengan topik bahasan.

Terlepas maupun terkait dengan kelemahan peserta Lomba Kritik Film dan Artikel Film 2018, Dr Maman Wijaya selaku Kepala Pusbangfilm Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan peminat lomba penulisan ini mampu menghimpun sampai 148 naskah kategori Kritik film dan 48 naskah Artikel Perfilman dari 65 judul film berbeda yang beredar selama setahun kebelakang.

Dia menambahkan, dari sisi kajian, kritiknya beragam. Tidak sekadar menyalin ulang. Tapi juga memberikan masukan kepada pembuat karya tulisan. “Hal ini sejalan dengan program Pusbangfilm Kemendikbud untuk turut memajukan (mutu) kritik film di Indonesia,” sambung Maman Wijaya.

Hal senada dikatakan Sekjen Kemendikbud, Didik Suhardi. Menurut dia, film sebagai produk budaya sarat dengan pesan didalamnya. “Kemendikbud sebagai kementerian yang turut bertanggung jawab atas perkembangan perfilman nasional, maka Kritik Film menjadi penting dan strategis untuk meningkatkan kualitas perfilman Indonesia,” harapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 4 = two