Hari Film Nasional: Ody Tolak Aroma Politis pada Saat Pemilu

Fit Afiat LEISURE TIME MOMENTUM Podium

FOKUSKINIIkut serta merayakan Hari Film Nasional tahun ini, Forum Wartawan Hiburan Indonesia (Forwan) mengadakan forum dialog apresiasi dan sikap pandang terhadap perfilman nasional melalui seminar bertajuk mentereng, Film Indonesia Menjadi Raja di Negeri Sendiri dan Tamu Mulia di Negeri Lain, berlangsung di Gedung Film Jakarta Timur hari Kamis (28/3/2019).

Produser Ody Mulya Hidayat yang hadir sebagai pembicara pastinya masih riang gembira dengan jumlah penonton Dilan 1991 mencapai lebih lima jutaan, namun dirinya hadir cenderung ingin mengingatkan soal keberhasilan film drama remaja tersebut karena punya sikap tegasnya menolak aroma politis, sama seperti saat dia memproduseri film 99 Cahaya di Langit Eropa sekira enam tahun lalu semasa awal kariernya,

Untuk diketahui, Ody menolak putra kandung Presiden Jokowi sekalipun untuk terlibat kasting Dilan 1991, sebagaimana telah dilakukannya ketika Hanum Rais, penulis cerita 99 Cahaya di Langit Eropa “memaksakan” adegan dialog saling menelepon antara tokoh politik Amien Rais sebagai ayah nyata, dengan Hanum yang padahal hanya sekadar menanyakan kabar kesehatan saja.

Ody Mulya Hidayat, kiri, bersama
Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Achmad Yani Basuki (foto: DSP)

Meski harus melewati perdebatan sengit, adegan tersebut tetap dihapus Ody dengan alasan saat itu sudah mendekati masa Pemilihan Umum. “Takut jadi bumerang,” terus terang Ody di hadapan wartawan mayoritas peserta seminar.

Hanum, diingatnya, ketika itu marah karena kenapa sebagai Amien Rais orangtua sendiri koq tidak boleh masuk sedikit saja pada adegan karya filmnya.

“Itu kejadian tahun 2014, pada saat mendekati Pemilu. Kalo saja Pak Amien jadi nongol, bisa tenggelam bukan 99 Cahaya… tapi bisa dianggap filmnya PAN, film propaganda yang bawa kekuatiran,” jelasnya.

“Itu sebenarnya hal kecil, tapi bisa sangat berpengaruh ketika pemantiknya dibesarkan,” pesan Ody.

Ody pun lantas teringat dengan film drama musikal, “Naura dan Genk Juara”, dimana langsung saja netizen memperparah isu penolakan warga sehingga film dihentikan dari jadwal putar di bioskop, karena pastinya pihak rumah produksi tidak mau apabila diteruskan bisa jadi preseden buruk lantaran peran pelaku kriminal yang melontarkan istighfar dan takbir. (yay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 5 = two