KEDIRI (Fokuskini/Siaran Pers) – Dalam rangka tugas pengabdian masyarakat dan ikut mensukseskan ajang pemecahan rekor MURI secara nasional tentang edukasi obat kepada siswa dalam jumlah terbanyak yang dihelat serentak Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (PC IAI) Kota Kediri menggelar program Apoteker Cilik (Apocil) dengan memberikan edukasi terkait obat ke siswa tingkat sekolah dasar (SD) .
“Kegiatan sosialisasi dan edukasi Siswa SD ini mengambil tema Mengenal Obat Sejak Usia Dini, menjadi salah satu di antara agenda PC IAI Kota Kediri dalam memperingati World Pharmacist Day 2019,” terang Abdul Rofiq S Si Apt, Ketua PC IAI Kota Kediri.
“Ada tiga agenda yang kemudian akan dihelat PC IAI Kota Kediri; Pertama adalah Promosi Kesehatan dengan memasang spanduk di 250 Apotek dan Fasilitas Kesehatan; Kedua adalah Edukasi Apocil secara serentak di Sekolah Dasar dan Edukasi langsung ke masyarakat via Car Free Day yg akan diselenggarakan dalam waktu dekat,” ujar Fidi Setyawan M.Kes Apt, selaku Koordinator “WPD 2019” PC IAI Kota Kediri.
Fidi menambahkan, dalam kegiatan tersebut para apoteker di wilayah Kota Kediri diturunkan serentak guna mengedukasi para siswa, khususnya dari kelas 5 SD, tentang berbagai hal menyangkut obat-obatan secara menarik dan persuasif. Para siswa pun diajak mengenali profesi dan tugas apoteker dengan berlaku sebagai Apoteker Cilik. Agenda ini dilaksanakan oleh 125 Apoteker di 22 SD dan 1000 siswa.
Dalam kegiatan edukasi ini ditekankan pengenalan obat, penggunaan obat, pembuangan obat dan bahaya penyalahgunaan obat. Termasuk didalamnya memberikan materi bahaya penyalahgunaan narkoba. Anak-anak SD umumnya belum mengerti bahaya penyalahgunaan obat dan menggunakan narkoba itu bisa mengakibatkan kerugian pada orang lain, pada keluarga, termasuk pada diri sendiri karena bisa berakibat kematian.
“Dalam berbagai penelitian, menekankan bahwa Siswa seusia kelas 5 SD secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik untuk mencoba-coba. Bertolak dari hal tersebut, para siswa kelas 5 SD perlu mendapatkan pemahaman tentang obat karena selama ini di masyarakat masih sering terjadi penyalahgunaan obat,” tambah Fidi.
Semua siswa yang terlibat dalam acara itu diberi pemahaman bahwa mendapatkan obat yang benar harus dari rumah sakit, apotek, dan fasilitas kesehatan resmi lainnya. Cara penggunaan obat juga diperkenalkan secara detil dari berbagai sediaan.
Cara menyimpan obat ditekankan dalam edukasi itu. Sebab di masyarakat sering terjadi salah kaprah dalam penyimpanan. Kebanyakan masyarakat menganggap obat seperti makanan yang akan awet bila disimpan di lemari pendingin. Padahal hanya obat tertentu dianjurkan di simpan di lemari pendingin.
“Cukup disimpan di dalam suhu ruangan saja. Dianjurkan juga kepada siswa agar memberitahukan orangtua mereka agar menyimpan obat di kotak obat sederhana dan mendokumentasikan, jangan sekadar diletakkan di sembarang tempat,” ujarnya.
Begitu pula cara pembuangan obat yang sudah rusak, tidak digunakan lagi atau kadaluwarsa juga dikenalkan agar para siswa tahu selalu berhati-hati karena dikhawatirkan obat disalahgunakan.
Aktivitas kegiatan Apocil juga untuk mengenalkan siswa SD dengan profesi apoteker. Setelah edukasi, diharapkan siswa SD paham bahwa profesi apoteker sangat penting di bidang kesehatan. Mereka berperan dalam meracik dan menyiapkan obat hingga meneliti bahan baku obat baru. Peran apoteker didalam kesembuhan pasien, tercermin dalam kolaborasi pelayanan kesehatan mulai di puskesmas, di rumah sakit ataupun di komunitas lain seperti apotek dan klinik.
Di salah satu sekolah yang menjadi tempat edukasi obat, yakni SDN Ngadirejo I Kota Kediri, Jawa Timur — siswa-siswi sangat antusias menerima materi edukasi ini. Saat edukasi masih baru dimulai, tidak ada satu pun siswa yang bercita-cita menjadi Apoteker. Tetapi pada sesi akhir edukasi, lebih dari 12 siswa mengubah cita-citanya menjadi Apoteker. Di kesempatan tersebut, Kepala Sekolah SDN Ngadirejo I, Ibu Evy menuturkan selama ini memang belum pernah ada materi bagi siswa mengenal berbagai hal dasar tentang dunia obat-obatan. Begitu pula dengan orangtua siswa.
“Saya berharap, tim Apoteker bisa menjadi pembicara dalam Event Parenting Sekolah, biar sinkronisasi ke orangtua murid nyampai,” ujarnya. “Dengan edukasi obat ini, pemahaman siswa tentang apa yang boleh dan tidak terkait obat jelas bertambah baik, bisa menjadi bekal mereka kelak,” ditambahkannya.