Fokuskini (Siaran Pers) – Malioboro sebagai ruang hidup, seiring waktu tentu akan selalu berubah. Bahkan, sangat cepat berubah. Merekam Malioboro pada suatu masa tertentu akan menjadi dokumentasi yang sangat bernilai dalam kaitannya dengan perjalanan sejarah Yogyakarta. Sebuah penanda waktu yang terserak antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Pada sisi inilah, ragam sketsa tangan Hendro Purwoko tentang bentang kawasan Malioboro menjadi bagian catatan sejarah sekaligus rekaman peristiwa sosial yang perlu ditakar dan dibaca sebagai peristiwa sosial budaya.
Lebih lanjut lagi, arah rekaman visual yang dibuat oleh Hendro Purwoko tidak hanya berdimensi heritage atau kecagarbudayaan, melainkan bisa dimanfaatkan untuk membaca sikap dan perilaku masyarakatnya. Dari balik bangunan yang terekam, tercatat, dan terunggah dalam gambar sejatinya sebuah teks yang menemukan konteks sosial budayanya dari waktu ke waktu.
Gambar-gambar tangan Hendro Purwoko bukan buah keterampilan semata-mata tetapi juga ekspresi ajakan untuk membaca Malioboro sebagai kawasan kehidupan, kawasan budaya, yang sangat mewarnai keragaman perjalanan sejarah Yogyakarta.
Motif sketsa Hendro Purwoko pantas untuk tidak hanya dibedah dari pencapaian wujud visual, melainkan juga dari motif konservasi ingatan dan picuan inspirasi konservasi, pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatkan warisan budaya. Selain itu, juga dapat digunakan untuk menemukan persoalan sosial budaya kawasan Malioboro yang kompleks.
Sketsa-sketsa Malioboro karya Hendro Purwoko adalah catatan spontan, sekaligus seruan moral memelihara dan mengembangkan Malioboro sebagai kawasan budaya terpenting Yogyakarta.
Pameran Tunggal karya-karya sketsa Hendro Purwoko dengan tajuk Sambang Sambung Malioboro di Bentara Budaya Yogyakarta (10-18 Desember 2019) punya arti penting, dan menarik secara artistik, dalam dokumentasi sejarah aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi, arsitektural, maupun tata ruang kawasan Malioboro yang mana di masa depan dapat dijadikan salah satu pijakan dalam kajian-kajian ilmiah kesejarahan Yogyakarta.
Pameran ini akan menyajikan kurang lebih 40 karya sketsa yang dibuat Hendro Purwoko sejak tahun 2011 hingga 2015. Sketsa-sketsa tersebut mengabadikan suasana Yogyakarta pada tahun-tahun itu, yang mana di tahun 2019 sudah cukup banyak berubah. Proyek revitalisasi Malioboro sepanjang tahun 2018-2019, misalnya, cukup banyak merubah bentang lansekap Malioboro dari sisi pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana.