Fokuskini – Miniseri sebanyak 7 episode, The Queen’s Gambit di Netflix gemilang menarik animo masyarakat pemirsa di banyak negara. Kisah keajaiban olah akal catur, Beth Harmon yang hasil penemuan bakat besar catur di panti asuhan telah memikat publik untuk menyaksikan dunia catur.
Sejak dirilis di Netflix, miniseri ini telah meningkatkan minat orang bermain catur secara dramatis, penjualan produk catur meroket, dan orang-orang giat bermain catur online jadi lebih banyak dari sebelumnya.
Kini untuk pertama kalinya, juara dunia catur Magnus Carlsen ikutan mengomentari miniseri tersebut, dan memberikan 5 bintang untuk The Queen’s Gambit. Namun, diakui Magnus kepada Chess24, dirinya menemukan kejanggalan kisah yang tidak realistis.
“Saya tidak bisa percaya bahwa setelah enam tahun tanpa bermain (catur) di panti asuhan, Anda kemudian akan menjadi salah satu pemain terbaik dalam beberapa tahun. Itu cerita yang bagus, tetapi bagi saya, saya menganggapnya terlalu tidak realistis.”
Magnus Carlsen baru berusia 13 tahun ketika ia meraih gelar grandmaster, salah satu yang termuda dalam sejarah catur guna mencapai prestasi tersebut. Ia baru berusia 16 tahun ketika harus bersaing dengan pemain-pemain terbaik dunia di turnamen super. Baru saja menginjak usia 19 tahun, ia berhasil menjadi nomor 1 di peringkat dunia untuk pertama kalinya, dan dia merayakan gelar Kejuaraan Dunia pertamanya saat berusia 22 tahun, usia yang sama saat Garry Kasparov memenangkan gelar tersebut.
Sejak itu, pecatur Norwegia berusia 29 tahun itu telah mempertahankan gelarnya tiga kali, dan mendominasi olahraga akal sehat itu dengan sepenuhnya.
“Meskipun hal itu berjalan sangat tidak realistis dengan Beth, dia melakukan apa yang Anda harapkan untuk pebakat pada usia itu – dia membaca buku catur, menganalisis permainan dan melakukan semua yang diharapkannya untuk dilakukan. Dalam hal ini, saya dapat mengenali diri saya – dalam obsesinya, hasratnya, dan dorongannya untuk berkembang,” papar Magnus. (yay)