“AH, kamu kembali lagi menganggap enteng permasalahan.” Mulai kesal si Tante.
“Siapa tuh sahabat kamu satu-satunya yang sering jalan bareng kamu… Oh iya, si Putri… Tante dapet info sudah dikasih lowongan kerja dengan gaji buta untuk tutup mulut soal kawin lari kamu… Iya kan, bapakmu cuma tau kamu kini bersembunyi dengan lelaki yang menikahi kamu tanpa seijin dia.”
“Si manusia sombong tiada tandingannya itu pasti tambah marah berkali-kali lipat kalau tau kamu sebetulnya sempat diculik. Untungnya kamu keburu lenyapkan entah kemana hape lama kamu, dan lagipula kamu kebetulan susah berteman akrab walau gampang tergoda lelaki…”
“Putri tuh udah jadi orang kepercayaan bapakmu buat terus ikutan melacak kamu, tanpa keinginan melaporkan kehilangan kamu ataupun melibatkan pihak kepolisian.”
“Tante tau, pasti si Ronald dengan gaya interogasinya, sudah tau kamu sempat jadi korban penculikan. Lagipula dia senang bercerita apa saja yang dinilainya layak buat diceritakan ke siapa saja…, termasuk pastinya pagi nanti ketika dia ketemuan dengan ayah kamu,” tegas si Tante meyakini, sambil mengingatkan supaya Konci jangan lagi mudah percaya dengan orang-orang yang baru dikenalnya.
“Moga si Donal bisa dipercaya,” ungkap si Tante, entah sungguhan bercanda atau sama sekali serius mencurigai kemungkinan Donal berubah menjadi lawan — sementara keduanya Donal dan Konci jadi termangu-mangu seakan fokus berpikir bercampur keheranan dengan mendengar kenyataan baru yang diungkapkan si Tante, karena kemungkinan besar bakal jadi gawat situasinya.
Harus ada arah pasti untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan paling buruk yang bakal terjadi beberapa jam lagi, atau bisa jadi malah lebih cepat dari yang diperkirakan mereka.