Adi “KLa”: Ekonomi Kreatif adalah Masa Depan Perekonomian Indonesia

Galeri Seni Muziek! Podium

Fokuskini – Organ Relawan RUMAH KITA – XVG (Extravaganjar) yang diketuai Adi Adrian, sang kibordis Kla Project baru-baru ini kembali menghelat aktifitas, yaitu diskusi serius tapi santai bertajuk Talk Show: Penulis, Karya dan Royalti dengan kehadiran sejumlah penulis di Markas Besar XVG, kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan.

“Biasanya acara XVG dihadiri oleh musisi-musisi, tapi kali ini yang datang para penulis kreatif. Misi kami adalah agar sektor penerbitan sebagai salah satu sub sektor ekonomi kreatif menjadi prioritas, selain sektor musik, film, kuliner, konten kreatif, kriya dan lainnya. Saya dan kita semua percaya bahwa Ekonomi Kreatif adalah masa depan perekonomian Indonesia,“ tegas Adi Adrian, Ketum Rumah KITA – XVG, perhimpunan relawan yang memilih Generasi Millennial dan Generasi Z sebagai sasaran misi kampanye Ekonomi Kreatif.

Adi mengajak para penulis untuk terus berbagi pengalaman berkarya dengan para GenMillennial dan GenZ. Termasuk menyampaikan harapannya, agar karya tulis dari dunia musik di Indonesia semakin banyak.

Senada dengan Adi Adrian, vokalis Cupumanik Che alias Candra Hendrawan Johan yang juga terlibat dalam diskusi nan hangat itu, menyampaikan kegelisahannya, “Mana Buku tentang God Bless, mana buku tentang Kla Project, harusnya (pihak) pemerintah bisa mendukung untuk penerbitannya, baik dukungan finansial maupun dukungan regulasi, dan sebagainya.”

“Ini masukan buat Pak Ganjar, jika kelak terpilih menjadi Presiden RI. Atas nama pemajuan kebudayaan, pemerintah (harusnya) bikin aplikasi yang mendukung penulis, dan para penulis bisa bekerjasama dengan musisi, agar bisa melahirkan buku biografi,” ungkap Che Cupumanik, yang mengaku pernah menyampaikan kegelisahannya itu langsung kepada Presiden Jokowi, saat diundang bersama sejumlah musisi beberapa tahun lalu.

Diskusi dipandu penyanyi Sandy Canester dan Ade Andrini, Ketua Bidang Kesekretariatan XVG sekaligus inisiator acara tersebut, menghadirkan narasumber yang memiliki pengalaman menulis yang luar biasa. Mereka adalah Tamara Geraldine, Esa Tegar Putra, Deasy Tirayoh, Kurnia Effendi, Dhianita Kusuma Pertiwi dan Qaris Tajudin. 

Tamara Geraldine, Anggota Tim Khusus 8 XVG dan juga Caleg DPRI Dapil Sumatera Utara ini, mengemukakan pengalamannya menulis buku “Yuni Shara – 35 Cangkir Kopi” (2007) dan buku “Kamu Sadar Saya Punya Alasan untuk Selingkuh Kan Sayang?” (2003)

Esha Tegar Putra adalah Magister Sastra dari Universitas Indonesia. Ia bekerja di Komisi Arsip dan Koleksi Dewan Kesenian Jakarta, dengan sejumlah karya puisi dan naskah drama, serta menjadi kurator.

Deasy Tirayoh, penulis produktif asal Kendari, Sulawesi Tenggara telah melahirkan sejumlah karya cerpen, puisi, cerita anak dan skenario film. Ia juga menulis antologi tungga “Kerang Memanggil Angin”, “Mari Menjaga Lau”, “Titimangsa”,  “Tanda Seru Di Tubuh”; serta buku anak “Hikayat Gunung Mekonggo”, ‘Mari Menjaga Laut”, “Benteng Terluas DIdunia” dan “Kagahti Kolope”.   

Kurnia Effendi adalah sastrawan  yang karyanya pernah dimuat di berbagai majalah seperti Gadis, Aktuil, Anita Cemerlang dan Sinar Harapan. Selain puisi dan prosa, ia juga menulis cerpen seperti “Senapan Cinta”, “Bercinta Di Bawah Bulan”, “Aura Negeri Tercinta”, “Kincir Api” dan segudang karya lainnya.

Dhianita Kusuma Pertiwi adalah Tenaga Ahli Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi dan Media di Kemendikbudristek. Ia penulis yang fokus pada isu Perempuan dan Marxisme. Karya sastranya antara lain naskah drama”‘Pasar Malam untuk Brojo” (2016), “Buku Harian Keluarga Kiri” (2019) dan “Menanam Gamang” (2020) serta kajian lakon wayang “Sesaji Raja Suya” dan “Kuasa dan Rasa” (2020).

Qaris Tajudin adalah Direktur Tempo Institute. Ia menerbitkan novel “Mahasati”, “Mahameru” dan buku “Mengarungi Samudera Al Fatihah”. Ia juga menjadi wartawan Majalah Tempo untuk mengisi rubrik internasional. Pengalaman terbaiknya saat meliput perang di Afganistan.

Diskusi juga dihadiri oleh sejumlah nama antara lain Ketua Humas XVG Buddy ACe, Muhammad Assad (penulis buku “Notes From Qatar”), Pratiwi Juliani (Penulis), Roberto Pieter (Ketum Imarindo),  juga penyanyi rock Bangkit Sanjaya, promoter musik Harry Santoso, penyanyi Eno Lestari, Berto Pah, mengusaha Muda Ijen Vin, Gangsar (aktifis), dan tentu saja tamu dari kalangan Gen Millennial dan Gen Z.

Selain diskusi, di bagian lobby Rumah Kita XVG itu dipamerkan buku-buku karya para nara sumber serta merchandise XVG berupa T Shirt, Topi dan Sepatu “Gerak Cepat”.

“InSyaa Allah kegiatan yang berkaitan dengan hubungan silaturahmi antar pekerja kreatif dalam ekosistem ekonomi kreatif serta kerjasama antara organ relawan, akan terus diselenggarakan di Rumah Kita Extravaganjar,” simpul Buddy ACe, salah satu Anggota Tim Khusus 8 XVG.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− five = three