Fokuskini – Kapten tim nasional putri Jerman, Alexandra Popp telah mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola internasional.
Striker klub profesional Wolfsburg ini pensiun setelah mencetak 67 gol dalam 144 penampilan — sebagai catatan rekor yang hanya bisa dilewati oleh Heidi Mohr (83) dan pemuncak rekor Birgit Prinz (128).
Mengumumkan keputusan individunya dalam rekaman video di Instagram, Popp mengatakan, “Saya selalu menekankan bahwa naluri saya yang akan membuat keputusan, dan sekarang keputusan itu telah dibuat. Setelah melalui pertimbangan yang panjang dan penuh air mata, saya telah memutuskan dengan berat hati untuk mengakhiri karier di timnas.
“Api yang menyala dalam diri saya 18 tahun yang lalu dan semakin kuat dari tahun ke tahun kini hampir padam. Baik tubuh saya, yang merupakan bom waktu, maupun orang lain tidak boleh mendahului saya. Sebelum api benar-benar padam — karena jika tidak, maka akan terlambat — sekarang adalah waktu yang tepat,” ungkapnya, tulus.
Sebagai salah satu pemain putri terbaik di generasinya, Popp pertama kali dikenal sebagai bintang muda Jerman, membawa negaranya meraih kejayaan di Kejuaraan U-17 UEFA pada tahun 2008 dan Piala Dunia Wanita U-20 FIFA 2010.
Setelah memenangkan Sepatu Emas adidas dan anugerah Bola Emas, Popp dengan cepat memantapkan dirinya di skuad utama timnas, dan menjadi pemain kunci yang memenangkan medali emas Olimpiade pada 2016.
Dirinya terus mencatatkan prestasi dalam perannya sebagai kapten, menjadi pencetak gol terbanyak saat Jerman mencapai final EURO UEFA pada tahun 2022 dan, baru-baru ini tampil mengesankan saat timnas putri Jerman meraih perunggu di Olimpiade.
Pengunduran dirinya merupakan pukulan besar bagi pelatih baru, Christian Wuck yang memberikan penghormatan di situs resmi federasi sepakbola Jerman DFB, melalui komentar yang mengatakan, “Alex Popp adalah figur yang menentukan bagi tim nasional wanita selama hampir satu setengah dekade. Dia adalah pemain kunci dan memimpin di dalam dan di luar lapangan — dengan sikap, mentalitas dan kepribadiannya, dan tentu saja kualitas sepakbolanya.” (FIFA/yay)