Fokuskini – Beyoncé, Celine Dion, Foo Fighters, dan pihak keluarga almarhum Isaac Hayes hampir secara serentak menolak keras penggunaan lagu-lagu mereka oleh kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.
ABBA (Agnetha Fältskog, Björn Ulvaeus, Benny Andersson, Anni-Frid Lyngstad) adalah yang terbaru mengajukan permohonan kepada Donald J. Trump untuk berhenti memutar musik mereka di sesi acara-acara kampanyenya.
Menurut surat kabar harian Svenska Dagbladet terbitan Swedia, kandidat presiden dari Partai Republik tersebut dan pasangannya, Senator Ohio, JD Vance memainkan lagu-lagu grup pop Swedia antara lain “Money, Money, Money,” “The Winner Takes It All,” dan “Dancing Queen” pada rapat umum yang berlangsungdi St. Cloud, Minnesota, pada Juli lalu.
Kini, label rekaman ABBA, Universal Music Group mengatakan dalam keterangannya bahwa para politisi tidak diizinkan untuk menggunakan musik mereka.
“Bersama dengan para anggota ABBA, kami telah menemukan bahwa ada video yang dirilis yang memperlihatkan musik/video ABBA digunakan di berbagai acara kampanye Trump, dan oleh karena itu kami telah meminta agar penggunaan tersebut segera dihapus,” tulis label rekaman tersebut, menurut The Guardian.
“Universal Music Publishing AB dan Polar Music International AB belum menerima permintaan apa pun, jadi tidak ada izin atau lisensi yang diberikan kepada Trump.”
Dalam tiga kali di masa pencalonan presidennya, Trump menghadapi reaksi keras atas musik yang diputarnya di berbagai kegiatan politik, khususnya Neil Young, Johnny Marr dari The Smiths, dan banyak lagi.
Selain itu, dalam beberapa minggu terakhir, Celine Dion telah mengecam penggunaan lagu “My Heart Will Go On” oleh Donald Trump ; pihak keluarga Isaac Hayes telah mengancam tindakan hukum atas penggunaan lagu “Hold On, I’m Coming”; Beyoncé dilaporkan telah memperingatkan Trump tentang pemutaran lagu “Freedom”; dan Foo Fighters telah mengklaim bahwa “My Hero” diputar secara tidak sah di berbagai rapat umum. (dari berbagai sumber)
foto: TT News Agency/Henrik Montgomery/via REUTERS