BELUM terpenuhi sepenuhnya kebutuhan mengisi perutnya, tetiba hape Donal berbunyi. Sambil terus mengunyah makanan pesanannya, Donal seakan penuh pertimbangan buat menjawab ke siapa peneleponnya.
Sama sekali tanpa kecurigaan, tapi yang jelas dirinya merasa terganggu, dan pasti bakal mematikan hapenya, kalau saja si lelaki cerewet itu tidak menegurnya untuk segera menjawab si penelepon yang ternyata Konci.
“Ya, kenapa?!” jawab Donal, jengkel
“Celana dalem kamu L, apa medium?” sahut Konci
“L.”
“Mau warna apa aja?!”
“Apa aja boleh,” Donal seakan mencoba memendekkan sesi obrolan.
“Kamu kesini dong… Biasa pake pasta gigi apa?! Sikat gigi, mau yang warna apa?!”
“Apa aja. Kamu cepetan kesini! Udah pada makan nih.” Sambil melirik ke pasangan suami istri yang diduganya menyimak obrolan mereka, akhirnya Donal mencoba terdengar sedikit bijak.
“Iya, sayang. Yang penting nanti kamu mandi dulu ya.” “Jangan bingung, nomor kontak kamu baru ke inget. Tadi sempet lupa kalo hape kamu, saya sudah kasih sim card… Udah ya, kan kamu masih laper…”
“Nah gitu dong, tumben ada perempuan mau ngerti gue,” kata hati Donal menyimpan kembali hapenya di saku celana.
Namun mungkin sulit dijelaskan, apa iya kalau dua sejoli muda mulai terasa dekat di hati, jadi berdialog dalam bahasa ibu yang benar. Sedikit banyaknya!?