Transformasi Sektor Kesehatan Fokus pada 6 Pilar

Agenda Baru Fit Afiat LEISURE TIME MOMENTUM Podium

Fokuskini – Saat ini, lebih dari 90% total pasar alat kesehatan Indonesia merupakan produk impor. Besarnya tingkat ketergantungan ini, direspon pihak pemerintah dengan mencanangkan transformasi kesehatan yang fokus pada 6 pilar. Mencakup peningkatan ketahanan sektor kefarmasian dan alat kesehatan, yang didorong oleh potensi pertumbuhan pasar dan peningkatan belanja sektor kesehatan yang besar. 

”Pasar kita sangat besar sekali. Kalau belanja sektor kesehatannya sebagian besar masuk ke Indonesia dan tidak keluar negeri maka pertumbuhan ekonomi kita akan tertopang tinggi dengan ini,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya. 

Menkes mengharapkan produksi dan belanja alat kesehatan dalam negeri harus dimaksimalkan. Di 2022, Kementerian Kesehatan menganggarkan belanja alat kesehatan dan obat-obatan sekitar Rp 38 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 17 triliun dialokasikan untuk belanja obat, vaksin dan alat kesehatan produksi dalam negeri. 

”Dari 38-39 triliun rupiah anggaran belanja, komitmen kita tahun ini sekitar Rp 17 triliun untuk belanja (alat kesehatan) dalam negeri, sekarang sudah 8 triliun,” ungkap Menkes. 

Untuk mencapai target tersebut, lanjut Menkes, pihak pemerintah memerlukan dukungan serta komitmen dari para pelaku usaha dalam upaya mewujudkan kemandirian industri alat kesehatan terutama pasca pandemi COVID-19. 

Dukungan ini, salah satunya hadir dari PT Astra Komponen Indonesia (ASKI) yang telah mampu memproduksi alat-alat kesehatan dalam negeri. Diantaranya produk USG 2D, Antropometri Set, dan Autoclave (sterilization unit) yang telah resmi diluncurkan. 

Alat-alat kesehatan dalam negeri yang di produksi mempunyai beberapa kelebihan, sebagai contoh untuk USG yang bersifat portabel serta memiliki fitur telemedicine sehingga dimungkinkan adanya komunikasi antara operator alat dengan tenaga spesialis, sekaligus juga dapat menyimpan hasil pemeriksaan.

Fungsi penyimpanan hasil pemeriksaan juga terdapat pada antropometri set yang didesain dapat terhubung dengan aplikasi Android dan sistem pelaporan Kemenkes. 

Dengan kemampuan produksi yang dilakukan oleh PT Astra Komponen Indonesia (ASKI), Menkes berharap diikuti dengan peningkatan kapasitas produksinya, dan pengembangan alkes tidak hanya fokus pada alat-alat kesehatan untuk upaya pelayanan kesehatan kuratif, namun juga layanan promotif dan preventif. 

”Ke depan Astra bisa memproduksi alat kesehatan yang sifatnya untuk pemeriksaan dini, seperti alat tes diabetes, hipertensi, dan tekanan darah. Jadi nggak perlu ke lab. Kalau bisa mobile, terintegrasi dengan teknologi digital lebih baik lagi. Bidang promotif preventif banyak sekali kesempatannya,” tambah Menkes. 

Dalam proses produksinya, Menkes menyarankan agar pihak perusahaan turut menjalin kerjasama dengan UMKM-UMKM di berbagai daerah. ”Nanti yang susah-susah bisa diproduksi di Astra, integrasinya di Astra, tapi kan komponen-komponennya bisa dibuat di daerah. Untuk itu saya minta agar ekosistemnya bisa terbentuk bersama-sama industri dalam negeri, dan bisa meningkat terutama dalam lima tahun kedepan,” terang Menkes.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ eighty one = eighty six