FOKUSKINI – “Jais Darga Namaku“, karya buku Ahda Imran mengetengahkan latar belakang kehidupan keluarga menak Sunda, dunia anak muda Kota Bandung 1970-an, hingga bisnis seni rupa di Paris, London, Amsterdam, New York, Singapura, dan Hongkong.
Disitu, Ahda Imran mengisahkan perjalanan hidup seorang perempuan Indonesia dengan seluruh ambisinya. Ambisi yang membuatnya dikenal sebagai Jais Darga atau Madam Darga, selaku art dealer internasional di Paris. Ambisi yang membuat Jais terus mengembara ke banyak negeri jauh, sehingga dirinya sukar membedakan telah pergi atau sudah pulang.
Namun buku karya Ahda ini tidak hanya berkisah perihal Jais Darga, karena juga mengisahkan pergulatan hidup seorang perempuan, seorang anak, seorang istri dan ibu. Berbaur dengan ambisi dan pergulatannya dalam dunia bisnis, ada banyak lapisan kisah yang tersimpan.
Kisah perempuan dalam kesepiannya, kegelisahannya, kesakitan, pengkhianatan, dan penghinaan. Seluruh lapisan kisah berpusat pada ambisi serta pergulatannya mempertahankan kedaulatan dirinya.
Bukan dalam dunia bisnis belaka, tapi juga terhadap kuasa lelaki. Termasuk kedaulatannya atas tubuh dan bagaimana kuasa itu dihadapinya, seperti dikatakan Jais Darga, “Aku tidak merasa dilahirkan sebagai perempuan, tapi terpilih sebagai perempuan.“
Melalui program Pustaka Bentara kali ini, bekerja sama dengan penerbit KPG akan ditelisik perihal keberadaan buku “Jais Darga Namaku“, berlangsung di Bentara Budaya Bali pada 27 Desember mendatang mulai pukul 19.00 WITA. Kegiatan sekaligus menguraikan pencapaian susastranya, berikut kerumitan yang menyertai proses penulisannya.
Sebagai narasumber yakni penyair dan pemerhati seni budaya Nirwan Dewanto, dan tentu Ahda Imran sendiri. Memaknai kehadiran buku, akan dipersembahkan juga fragmen monolog, pembacaan puisi hingga pertunjukan musik terpilih. Keseluruhannya diniatkan sebagai silahturahmi dan kehangatan peseduluran.