FOKUSKINI – Pengembangan pemanfaatan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) menjadi biofuel menjadi salah satu prioritas. Salah satunya melalui penerapan program Mandatori Biodiesel 20%, atau yang dikenal dengan istilah B20 untuk sektor industri maupun transportasi di tanah air.
Menurut Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna, tidak hanya mendukung ketahanan energi nasional, pengembangan minyak sawit sebagai bioenergi memiliki tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar berbasis fosil.
“Tujuan utama dari mandatori biodiesel itu adalah bisa meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan dan mengurangi impor minyak. Saat ini impor minyak kita sangat besar. Dengan mengurangi impor bisa menghemat devisa. Dari pemanfaatan bioenergi, kita juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu, ketergantungan kita kepada energi minyak bisa dikurangi. Dengan adanya program mandatori ini, kita juga bisa membuka lapangan kerja,” ungkap Andriah Feby Misna di Jakarta, hari Rabu (9/1/2019).
Dalam keterangannya, Andriah berharap dukungan seluruh pihak terhadap upaya pengembangan sawit menjadi bioenergi dari hulu hingga hilir.
Sebagai pemegang mandat pemerintah terkait program pemanfaatan minyak sawit menjadi biofuel, Manager Operation Supply Chain Pertamina Gema Iriandus Pahalawan menegaskan pihaknya telah mendukung penuh kebijakan pemerintah. “Sejak tahun 2010 hingga tahun 2018, Pertamina sudah menyerap sekitar 12.840.000 kiloliter Fatty Acid Methyl Ester (FAME)yang di-blending ke dalam Solar menjadi biodiesel,” jelasnya.
Dia menambahkan, dari 112 Terminal BBM (TBBM) Pertamina yang tersebar di seluruh Indonesia, pada tahun 2018 sebanyak 67 TBBM sudah melakukan pencampuran langsung FAME dengan solar. Sedangkan sisanya, yakni 45 TBBM menampung bahan bakar sudah dalam bentuk B20.
“Kami juga punya 6 refinery dan punya 5 floating storage hampir semuanya menampung solar. Hanya satu yang menampung produk lainnya,” papar Gema. Untuk memaksimalkan pengembangan ini, Gema berharap sarana dan fasilitas pengembangan minyak sawit menjadi biodiesel bisa jauh lebih baik lagi.