SEDIKIT merenung, Konci mulai jenuh dengan debat buang-buang waktu, tetapi tentu sulit untuk mengikuti kemauan Donal karena dirinya merasa masih butuh dengan mobil Leo yang dibawa kabur oleh Donal tersebut.
Untuk itu, dia menganggap perlu untuk berlunak lagi dan kalau perlu tidak malu untuk merengek supaya Donal bisa dipengaruhi lagi, dan kembali timbul rasa iba memandang situasi sulit yang tengah dihadapi Konci.
“Jauh, nal, stasiun kereta dengan rumah tanteku. Udahlah, kita bawa mobil ini dulu. Kalo elu takut gue kencengan lagi, elu boleh tiduran di jok belakang,” ujarnya terburu-buru.
“Elu kaga jantungan kan?!”. ujar Konci sembari kemudian langsung tancap gas setelah meninggalkan area parkir, keluar mal pertokoan.
Konci mendadak memutuskan untuk tidak menunggu kemungkinan penolakan Donal. Lagi pula dirinya butuh pula ditemani seseorang dalam saat begini, dan Donal dianggap cocok menemani pelariannya meski tergolong bawel sebagai seorang lelaki. Namun dia yakin, Donal adalah lelaki yang punya niat baik untuk melindunginya.
Terserah apakah karena Donal sudah tahu dirinya anak pengusaha kaya raya, atau mungkin saja juga diam-diam terpesona dengan kecantikan Konci yang apa adanya.
Butuh kasih sayang dan peluk cium dari Konci? Wow! Bodo amat deh! “Gue butuh temen pelindung saat ini. Takut ditinggalkan sendirian oleh sang dewa penolong,” lamun Konci. (Bersambung)