SUDAH melewati satu jam setelah Donal terbangun, tetapi belum ada pertanda sedikitpun si Konci kapan keluar dari gedung. Donal mulai was-was kalau Konci menghadapi masalah besar didalam gedung mewah tersebut.
Apakah gadis itu disekap disana, karena ternyata Pak Yosep sudah lebih dulu membaca situasi dan tinggal menunggu Donal dan Konci datang?
Namun kalau kejadiannya seperti itu, kenapa dirinya aman-aman saja? Atau mungkin Konci membungkam diri, dan mengatakan dirinya cuma sendirian. Lalu bagaimana nasib tantenya? Atau malah mugkin tantenya bersekongkol buat menjebak Konci?
Tetapi apakah mungkin, karena menurut Konci, tantenya itu memihak pada dirinya dan cenderung tidak menyukai sikap Pak Yosep yang dominan mentang-mentang pewaris utama di lingkup bisnis keluarga mereka.
Donal mulai mempetimbangkan untuk keluar dari mobil, mencoba untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun kembali ragu dengan dugaan-dugaannya sendiri.
Ah biarlah, toh kalau memang Konci dalam situasi bahaya, dirinya pun pasti dihampiri dan diringkus ataupun malah dipukuli oleh para begundal yang mengawal Pak Yosep.
Ya, kan mungkin saja kejadian didalam gedung mewah itu bisa berkembang menakutkan bila Konci membuka mulut tentang dengan siapa kini dirinya datang.
Waduh, koq jadi timbul rasa ngeri ya?! Donal lantas coba mengintai ke sekeliling dari dalam mobil curiannya. Sepi. Ada apa gerangan? Atau mungkin si Konci bersenang-senang didalam tanpa mempedulikannya lagi?
Mau pergi begitu saja, tapi lokasi sudah begini jauh dari kota Jakarta. Sial, maki Donal dalam hati.
Donal belum punya rencana apa-apa, tetapi lalu terlihat Konci keluar dari gedung dengan terburu-buru membuka pintu mobil. Ada tas lain yang dibawanya, lumayan besar tetapi bukan koper.
“Ayo kita ke bandara Kertajati. Elu ikut gue aja, kan elu pengawal gue,” ajak Konci sekenanya sambil meletakkan tas ke dalam mobil, dan segera keluar halaman gedung tingkat mewah itu. (Bersambung)