Fokuskini – Sejumlah indikator kinerja Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BBKFP) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sepanjang 2019, melebihi target. Ada enam indikator kinerja BBKFP sepanjang tahun lalu yang melebihi target berdasarkan hasil verifikasi dan rekomendasi Menteri Keuangan pada Maret tahun ini.
Direktur BBKFP Kemenhub Bagus Sunjoyo dalam keterangan pers Forwan mengatakan lebih lanjut, keenam indikator kinerja tersebut adalah, pertama Jumlah Fasilitas Navigasi Penerbangan yang dikalibari. “Targetnya 170, capaiannya 102,94% atau 175 fasilitas navigasi,” ungkap Bagus.
Indikator kinerja kedua yakni Jumlah Fasilitas Alat Bantu Visual (Visual Aids) yang Dikalibrasi, targetnya 145 capaiannya 104,83% atau 152 Visual Aids.
Berikutnya, target Jumlah Instrument Flight Procedure (IFP) yang Divalidasi sebanyak 1 menjadi 200% atau 2 IFP.
Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang semula ditargetkan Rp 119,35 miliar berhasil mencapai Rp 127,12 miliar atau melebihi target capaian sebesar 106,5%.
Indikator kinerja selanjutnya, Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional dengan target 75%, terlampaui menjadi 93,99% atau naik 125,32%.
Untuk indikator Indeks Kepuasan Masyarakat dengan target 3,5 (skala 1-4), capaiannya 106,5%.
Dua indikator kinerja lainnya, imbuh Bagus, yakni Jumlah Alat Pengamatan (surveilance) Penerbangan yang Dikalibrasi targetnya 1 capaiannya 100% atau sesuai target. Sedangkan Persentase Penyelesaian Modernisasi Pengelolaan BLU dengan target 100% capaian hasil verifikasi 93,73% atau kurang dari target.
“Karena 6 dari 8 indikator kinerja kita tahun lalu melebihi target dengan capaian kinerja total sebesar 881,81%, kita diberi insentif remunerasi atau semacam reward oleh Kementerian Keuangan dengan persentase sebesar 125%,” ungkap Bagus.
BBKFP yang statusnya sudah menjadi satuan kerja (satker) Badan Layanan Umum (BLU), untuk tahun ini juga menetapkan target PNBP sebesar Rp 120 miliar.
“Tapi dengan adanya Pandemi Covid-19 ini kita mengajukan untuk dievaluasi. Soalnya baik itu AirNav Indonesia, Angkasa Pura I dan II yang menjadi customer utama kita boleh dibilang semua tiarap lantaran penumpang dan frekuensi penerbangannya merosot. Makanya pemerintah pun memberikan solusi dengan memberikan penundaan selama 2 bulan terhadap pelaksanaan kalibrasi,” jelasnya.
Menurut Bagus, selama ini pelanggan BBKFP memang masih didominasi oleh perusahaan dalam negeri seperti tersebut di atas, namun sejak tahun 2019 pihaknya juga membidik pelayanan kalibrasi ke pasar internasional.
“Tahun lalu BBKFP sudah menangani kalibrasi di Timor Leste dan pasti rutin akan menggunakan kita. Lalu tahun ini Vietnam juga sudah mengajukan tapi karena kondisi Pandemi seperti ini jadi sementara ditunda,” ujarnya.
Saat ini, BBKFP Kemenhub memiliki fasilitas sebanyak 9 pesawat kalibrasi terdiri atas 2 helikopter, 1 jet, dan 6 jenis pesawat king air. “Insya Allah tahun depan mau nambah 1 jet,” bebernya.
Selain pelayanan kalibrasi atau perawatan pesawat, lanjut Bagus, pihaknya juga men-charter-kan pesawat dan menyewakan simulator yaitu alat untuk training penerbang yang setipe dengan pesawat milik BBKFP.
“Kita juga punya satu simulator pesawat. Costumer mancanegaranya dari Australia, Filipina, Vietnam, Iran, Irak, dan India. Sedangkan dari dalam negeri antara lain TNI AL dan swasta. Harga sewa simulator kita 430 dolar AS per jam,” tambahnya.
Pihaknya juga tengah menggodok paket-paket wisata terbang dengan tujuan untuk memperkenalkan fasilitas yang dimiliki BBKFP sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat dalam kemasan wisata tentang apa saja yang dikerjakan BBKFB agar masyarakat cinta dunia dirgantara.
Jenis paketnya antara lain paket terbang di simulator, paket edukasi pekerjaan kalibrasi dan alat-alat yang digunakan BBKFB, paket lihat dan selfi di pesawat, serta paket terbang dengan pesawat di sekitar area lokasi.
“Target pasarnya mulai pelajar SMP hingga mahasiswa dan umum. Timnya sudah kita bentuk. Tahun ini juga, paket -paket wisata terbang BBKFB akan kita launching,” jelas Bagus.