Fokuskini – “Desain yang baik bukan hanya mampu memberikan nilai tambah suatu produk dari sisi penampilan maupun manfaat bagi konsumen, namun juga bagaimana desain tersebut bisa meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan.” kata Dirjen IKMA Gati Wibawaningsih dalam keterangannya terkait program Indonesia Fashion and Craft Awards tahun ini.
Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka menyelenggarakan kompetisi desain bertaraf nasional dengan tajuk Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020. Kompetisi tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mencari desainer muda berbakatdalam bidang fesyen dan kriya atau kerajinan yang memiliki visi sustainability.
Gati menjelaskan, upaya ini juga dalam rangka mengoptimalkan potensi industri kreatif yang ada di Indonesia. Berdasarkan laporan Ekonomi Kreatif Outlook di tahun 2019, produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif naik setiap tahunnya. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB di tahun 2018 mencapai angka sekitar Rp. 1.105 triliun atau naik sebesar 10% dibanding tahun sebelumnya. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa tiga sektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB yaitu subsektor kuliner (41,40%), fesyen (18,01%) dan kriya atau craft (15,40%).
“Selama ini kami (Kementerian Perindustrian) memberikan pelatihan kepada pelaku industri fesyen dan kriya dengan menekankan pada pengetahuan tentang target pasar. Sekarang, kami mendorong agar pelaku sektor ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan dan isu ketimpangan pendapatan,” papar Dirjen IKMA Kemenperin.
Seperti dilaporkan oleh World Economic Forum (Januari, 2020), produksi industri fesyen meningkat dua kali lipat dari tahun 2010. Namun, hal ini juga menimbulkan persoalan karena hampir 85% produk fesyen tidak didaur ulang sehingga berakibat pada peningkatan emisi karbon. Industri fesyen sendiri tercatat menyumbang 10% emisi karbon di dunia. “Oleh karena itu sudah saatnya para desainer dan pelaku kreatif turut peduli dan ikut mendukung pencapaian Sustainable Development Goal dengan memperhatikan isu sosial, ekonomi dan lingkungan,” jelasnya.
Para desainer muda yang potensial dan berusia di bawah 30 tahun menjadi sasaran utama program IFCA 2020. Pertimbangan tersebut berangkat dari tekad untuk mengembangkan kesadaran dan kepekaan para desainer muda terhadap isu lingkungan dan sosial di sekitarnya. Desain yang baik (good design) bukan hanya akan meningkatkan daya saing produk, namun juga mendorong peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia seutuhnya. Diharapkan, para desainer muda bisa menjadi ujung tombak pembangunan industri yang ramah lingkungan dan inklusif.
IFCA 2020 mengambil tema “The Challenge in Uncertainty Era: Responsible Design for Sustainability.” Kemenperin mengajak para desainer muda untuk mengeksplorasi desain produk yang ramah lingkungan dan menjadikannya sebagai bisnis yang berkelanjutan melalui kemitraan dengan Industri Kecil dan Menengah (IKM). “Hal ini sekaligus menjadi solusi akan kebutuhan masyarakat Indonesia di era kebiasaan baru yang mengutamakan aspek kesehatan,” ujar Gati.
Direktur IKM Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka Kemenperin . Ratna Utarianingrum menjelaskan, peserta yang terpilih sebagai 100 nominator terbaik mendapatkan kesempatan mengikuti coaching tahap pertama. 14 nominator terbaik dari kategori kriya dan fesyen mendapatkan coaching tahap kedua.
“Mereka juga akan mendapatkan fasilitasi biaya pembuatan prototype dan berkesempatan untuk mendapatkan akses ke pengrajin lokal dan akses pasar, serta material branding,” ujar Ratna.
Selanjutnya, para pemenang dari kompetisi ini akan menerima hadiah masing masing sebesar Rp30 Juta untuk juara pertama, Rp20 juta untuk juara kedua, dan Rp15 juta untuk juara ketiga. Pendaftaran kompetisi IFCA 2020 telah dibuka hingga 30 September 2020. Para calon peserta dapat mengakses informasi terkait IFCA 2020 dan mendaftar melalui situs BCIC Kemenperin (bcic-ikm.net) serta melalui akun media sosial @bcicofficial