Fokuskini – Sebanyak limaribu apoteker dari seluruh Indonesia mengikuti Pertemuan Ilmiah Tahunan – Ikatan Apoteker Indonesia (PIT-IAI 2020) yang diselenggarakan secara virtual mulai Kamis (5/11/2020) hingga 7 November mendatang, dengan mengusung tema “Achieving Health for All: Pharmacy optimising primary health care through digital technology.”
Bersamaan dengan PIT-IAI 2020 telah digelar pula rakernas yang telah berakhir kemarin. Rakernas yang juga diselenggarakan secara virtual ini diikuti oleh Pengurus Daerah dari seluruh Indonesia. Penyeleggaraan PIT dan Rakernas IAI kali ini merupakan kerjasama PP IAI dan PD IAI Bali.
“Pertemuan Ilmiah tahunan Ikatan Apoteker Indonesia merupakan komitmen IAI untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kompetensi para apoteker untuk memajukan dunia kefarmasian di Indonesia yang yang mandiri dalam bahan baku obat baik kimia, bahan alam serta bioteknologi. Apoteker Indonesia bertekad memberikan sumbangsih kepada bangsa melalui praktek kefarmasian, menjamin mutu dan khasiat obat sejak dibuat atau diproduksi,di distribusikan dan dilayankan kepada masyarakat,” sambut Ketua Umum PP IAI, apt Drs Nurul Falah Eddy Pariang di podium pembukaan PIT-IAI 2020.
‘’Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) setiap tahunnya dengan berfokus pada peningkatan kapasitas dan wawasan apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian. Di masa pandemi ini, IAI telah berhasil menyelenggarakan 50 kali webinar/seminar online dan video on demand, yang dihadiri oleh lebih 10.000 peserta setiap kali penyelenggaraan. Keberhasilan ini mendasari IAI untuk melaksanakan PIT 2020 secara virtual,’’ ungkapnya,
Menurutnya, PIT merupakan sarana peningkatan kapasitas dan wawasan apoteker untuk menjalankan praktik kefarmasian secara bertanggung jawab dengan mengoptimalkan teknologi digital, utamanya di fasilitas pelayanan kesehatan primer. PIT juga menjadi sarana aktualisasi gagasan, kemampuan dan pengalaman anggota IAI dari berbagai bidang kefarmasian.
Di dalam PIT tahun ini terdapat sekitar 80 pembicara dalam dan luar negeri dengan 90-an oral presentasi, 51 judul poster, 39 topik webinar yang full article-nya akan dipublikasikan ke International Journal yang memiliki reputasi dengan bekerja sama FIP (International Pharmaceutical Federation).
Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia mengajak seluruh pihak terkait untuk bersama melakukan reformasi sistem kesehatan nasional secara besar-besaran. Reformasi tersebut juga mencakup kemandirian obat dan bahan baku obat yang diharapkan dapat segera dicapai.
“Kita tahu bahwa sekitar 90 persen obat dan bahan baku obat masih mengandalkan impor. Padahal negara kita sangat kaya dengan keberagaman hayati baik di daratan maupun di lautan. Hal ini jelas memboroskan devisa negara, menambah defisit neraca transaksi berjalan, dan membuat industri farmasi dalam negeri tidak bisa tumbuh dengan baik,” ujarnya dalam video sambutan yang ditayangkan kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Kamis (5/11/2020.)
Oleh karena itu, Presiden berpandangan, kemandirian dalam industri obat-obatan dan alat kesehatan harus menjadi prioritas bersama dan dilakukan dengan cara-cara yang luar biasa di tengah pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi. Pandemi, dengan segala dampak yang ditimbulkannya, memberi banyak pelajaran kepada kita.
Pandemi telah membangkitkan rasa krisis dalam dunia farmasi untuk memacu kegiatan riset, mengembangkan inovasi-inovasi, merevitalisasi industri bahan baku obat di dalam negeri, hingga memperkuat struktur manufaktur industri farmasi nasional.
“Kekayaan keragaman hayati Indonesia harus dijadikan modal dasar dalam kebangkitan industri obat dalam negeri. Keragaman hayati harus dimanfaatkan untuk memperkuat ketahanan masyarakat di bidang kesehatan. Obat fitofarmaka juga perlu difasilitasi untuk melewati uji klinis dan standarisasi sehingga menjadi pilihan pengobatan promotif dan preventif,” tuturnya.
Kebangkitan industri farmasi nasional nantinya diharapkan akan sekaligus memperkuat perekonomian nasional, baik yang bekerja di hulu maupun di hilir industri, dan meningkatkan kesejahteraan para petani serta UMKM.
Selain itu, memanfaatkan momentum penanganan pandemi, Presiden Joko Widodo juga mengajak partisipasi seluruh elemen masyarakat mulai dokter, perawat, apoteker, dan profesi lainnya untuk ambil bagian dalam penanganan pandemi terutama untuk membantu kesuksesan program vaksinasi Covid-19.
“Saya mengajak peran serta dalam rantai produksi, distribusi, dan pelayanan vaksinasi dengan memberikan pelatihan teknis terkait penanganan vaksin, serta bisa berperan menjadi promotor dan memberikan edukasi tentang vaksin,” kata Presiden.
Melalui pelaksanaan Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Ikatan Apoteker Indonesia ini pula Kepala N20egara berharap agar nantinya melahirkan banyak gagasan dan rencana-rencana aksi untuk membantu percepatan penanganan pandemi Covid-19 dan kemandirian obat dalam negeri.
Di masa pandemik Covid-19, dilaporkan oleh Ketum PP IAI, bahwa profesi apoteker juga telah mengambil bagian dan akan terus berkontribusi kepada bangsa membantu pihak pemerintah melakukan percepatan dan penanganan Covid 19 melalui kegiatan preventif dan promotive maupun pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan agar masyarakat terhindar dari Covid 19.
Ikatan apoteker Indonesia, ditegaskannya, mengikuti anjuran pemerintah untuk membentuk Satgas Covid 19 yang dipimpin oleh apoteker Profesor Doktor Keri Lestari dengan berbagai macam kegiatan sejak awal masa pandemik, mulai dari menerbitkan buku panduan pencegahan Covid-19 yang terbit dalam edisi pertama dan edisi lanjutan untuk memudahkan para apoteker melakukan kegiatan sosial kepada masyarakat berupa edukasi agar terhindar dari Covid 19.
Selain itu, disampaikanya, juga kegiatan memberikan bantuan APD, hand sanitizer dan bantuan urgen lainnya di masa awal pandemik yang sedang sulit sulitnya. Intinya, kalangan apoteker Indonesia juga ikut serta berbuat agar masyarakat terbiasa melakukan kegiatan dengan menerapkan protokol Kesehatan, selain menjalankan praktik kefarmasian sebagaimana biasa.
Mengutip pernyataan WHO (World Health Organization), apt Lilik Yusuf Indrajaya, S.Si, SE, MM, MBA, selaku ketua Panitia PII-IAI 2020 mengatakan, tren global dan nasional menunjukkan, tantangan kesehatan masyarakat akan semakin kompleks. Usia harapan hidup masyarakat yang semakin panjang, pengelolaan penyakit kronis, serta kompleksitas pengobatan obat dan farmakoterapi, menjadi tantangan yang harus diatasi.
Deklarasi Astana menegaskan bahwa penguatan pelayanan kesehatan primer merupakan pendekatan paling inklusif, efektif, dan efisien untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, dan merupakan bentuk pemenuhan hak azasi manusia (WHO, 2018). Keberhasilan penguatan pelayanan kesehatan primer akan dicapai melalui penggunaan teknologi (WHO, 2018).
‘’Dengan dikukuhkannya Deklarasi Astana, peran apoteker dalam sistem kesehatan menguat. Apoteker memiliki peran kunci dalam pelayanan kesehatan primer – terutama untuk meningkatkan keselamatan pasien. Pemantauan hasil terapeutik dan pencegahan penyakit primer dapat menjadi peran apoteker untuk mendorong gaya hidup sehat, mencegah penyakit, dan berkontribusi pada hasil terapeutik yang lebih baik. Dalam menjalankan peran tersebut, apoteker perlu memanfaatkan teknologi digital,’’ ungkap Lilik Yusuf yang juga Wakil Sekjen PP IAI.
Untuk itu, IAI mendorong apoteker menjadi tenaga kesehatan yang adaptif, fleksibel, dan kompeten dalam menghadapi tantangan tersebut. Sejak 2019, IAI bekerja sama dengan FIP meluncurkan Workforce Transformation Programme untuk melakukan transformasi apoteker melalui pengembangan praktek apoteker advance untuk pengembangan profesi. Memperhatikan hal-hal tersebut, apoteker Indonesia perlu terus mengembangkan kompetensi, kapasitas, dan wawasan.
‘’Memperhatikan latar belakang tersebut, apoteker Indonesia perlu terus mengembangkan kompetensi, kapasitas, dan wawasan dalam melakukan praktik kefarmasian yang bertanggungjawab,’’ tambahnya.
Penyelenggaraan PIT Virtual IAI 2020 juga menjadi strategis, karena juga mengantisipasi rencana pemerintah Indonesia melakukan vaksinasi Covid-19. Hal ini tergolong megaproject, mengingat jumlah dosis yang sangat besar (ratusan juta dosis), waktu pemberian yang relatif terbatas, dan kemampuan sistem kesehatan. Oleh karenanya, sebagai bagian dari sistem kesehatan, Apoteker harus berinovasi dalam melakukan pekerjaan kefarmasian terkait pengelolaan vaksin, sejak tahap perencanaan hingga pendistribusian dengan metode cold chain.
PIT itu sendiri berisi berbagai kegiatan yakni workshop, simposium, pameran Kesehatan, oral dan poster presentation. Sejumlah pembicara antara lain Menteri Kesehatan RI, Kepala Badan POM RI, Dirjen Kefarmasian & Alat Kesehatan Kemenkes RI, Ketua Komite Farmasi Nasional, para pejabat eselon-1 dan eselon-2 di lingkungan Kementerian Kesehatan RI, para pejabat eselon-1 dan eselon-2 di lingkungan Badan POM RI, para pimpinan lembaga non-pemerintahan, para praktisi dan akademisi farmasi yang berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Sementara Sekretaris Jenderal PP IAI, apt Nofendri Roestam, SSi mengatakan, dalam rakernas kali ini, selain membahas program kerja juga dibahas berbagai persoalan mengenai peraturan perundang-undangan yang tengah menjadi sorotan masyarakat saat ini. Beberapa hal yang akan dibahas antara lain RUU Kefarmasian, RUU Waspom dan UU Cipta Kerja. Presentasi mengenai hal ini akan diberikan olah para pakar di bidangnya, serta anggota Komisi IX DPR RI, apt Emanueal Melkiades Laka Lena, SH. Persoalan lain yang akan dibahas adalah Potret Praktik Kefarmasian di Pelayanan Kefarmasian serta Peluang Pengembangan UMKM Kefarmasian bagi Apoteker. (yay)