Fokuskini = PT Industri Kereta Api (Persero) berhasil mengekspor produknya ke Filipina di masa pandemi Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa produk dari industri nasional mampu kompetitif dalam memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.
“PT INKA telah memproduksi lokomotif dan kereta penumpangyang memiliki performa tangguh dan berkualitas, serta membawa ragam fitur yang cukup menarik dan fungsional. Keunggulan inilah yang dimiliki oleh PT INKA, sehingga diminati dan menjadi daya tarik tersendiri bagi costumer mancanegara dan berhasil masuk ke dalam pasar ekspor,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannnya di Jakarta, hari Senin (14/12/2020).
Menurut Menteri AGK, industri alat transportasi merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. “Fokus pengembangan industri kereta api hingga tahun 2035 adalah pengembangan kereta listrik untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor,” tuturnya, menambahkan.
Oleh karena itu, berbagai kebijakan strategis telah dijalankan oleh pemerintah Indonesia, diantaranya terkait penggunaan produk dalam negeri, pengembangan komponen pendukung, peningkatan kompetensi SDM termasuk dalam hal pengembangan desain dan engineering, serta pemberian insentif.
“Adapun berbagai fasilitas insentif yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan industri kereta api, antara lain tax holiday, mini tax holiday, tax allowance, pembebasan Bea Masuk, Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), fasilitas National Interest Account (NIA), dan super tax deduction,” sebutnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier menyampaikan, industri kereta api dalam negeri saat ini telah tumbuh dan berkembang baik dari sisi kemampuan teknologi maupun bisnisnya, sehingga saat ini Indonesia memiliki industri manufaktur sarana kereta api terbesar di Asia Tenggara. PT INKA telah membuktikan berbagai prestasi, baik skala dalam negeri maupun luar negeri.
Lanjut Taufiek, dalam memenuhi kebutuhan kereta api dalam negeri dan luar negeri, PT INKA telah menetapkan milestone pembangunan berkelanjutan, seperti joint venture dengan manufaktur kereta api asal Swiss, Stadler Rail. Kerjasama ini membuahkan investasi pembangunan pabrik di Banyuwangi, Jawa Timur dan pengembangan teknologi kereta api modern dengan total anggaran sebesar Rp1,63 triliun.
Berikutnya, perjanjian bersama antara PT INKA dengan TSG Global Holdings dari Amerika Serikat dan Pemerintah Democratic Republic of the Congo untuk investasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan sarana moda transportasi di negara DRC (Congo).
Direktur Utama PT INKA (Persero) Budi Noviantoro mengatakan bahwa pengapalan tiga lokomotif dan 15 kereta penumpang itu merupakan ekspor terakhir ke Filipina. Sebelum itu, PT INKA menuntaskan pengapalan enam trainset kereta rel diesel (KRD).
Budi menjelaskan, enam kereta yang dikirim terdahulu sudah beroperasi di Manila. INKA mengirim trainset untuk kereta penumpang jarak jauh. “Ekspor kereta buatan anak bangsa tersebut bukan kali pertama. Tahun ini, kami sudah menuntaskan pengapalan sejumlah rangkaian kereta penumpang ke Bangladesh,” ungkapnya.
PT INKA menargetkan bisa merambah pasar ke Afrika. “Potensi pasar Afrika sangat besar mengingat dalam waktu dekat akan ada African Belt Economy Development (ABED) yang menghubungkan antara Afrika bagian utara hingga selatan,” imbuhnya