Fokuskini – Menurut produser film, sutradara, artis dan penggiat perfilman Indonesia Lola Amaria, pertanyaan Bagaimana cara membuat film Indonesia agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri? — membutuhkan jawaban yang tidak sederhana, karena, meski acap diulang-ulang, tapi sampai sekarang, pada praktiknya film Indonesia tetap belum mampu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.
Yang kini terjadi justru sebaliknya, film impor atau film asing (Hollywood) yang justru menjadi tuan di Indonesia karena proteksi atas film nasional dan perlakuan yang diterima film produksi anak negeri, dalam peredarannya ditentukan di pemilik jaringan bioskop secara sepihak.
Tentu saja, menjadi rahasia umum, lebih mementingkan film impor yang notabene didatangkannya ke Indonesia, via bendera usahanya miliknya yang lain. Oleh karenanya, secara alamiah, jaringan bioskop miliknya, akan lebih mengutamakan peredaran filmnya sendiri. Demi mengembalikan modal, atau alasan lainnya, daripada film nasional, yang hanya menumpang tayang di jaringan bioskop miliknya.
“Bagaimana bisa menjadi tuan rumah jika satu (1) bioskop ada lima (5) layar. Dan empat (4) layar itu, digunakan untuk memutar film asing dan hanya satu (1) layar untuk memutar film Indonesia. Itu namanya film asing menjadi tuan rumah di negeri Indonesia,” kata Lola Amaria dalam sesi Q n A di virtual meeting yang diinisiasi Lembaga Sensor Film (LSF).
Lola menambahkan, bioskop hanya pro pada film yang menguntungkan mereka karena sistem yang dibangun pemilik jaringan bioskop sudah berjalan seperti itu, dari lama. “Atau film yang berbujet promo sangat besar. Apalah kita-kita ini, yang bikin film aja bujetnya kecil,” kata Lola sembari menekankan di masa pandemi yang membekap dunia ini.
Selain itu, masih menurut Lola Amaria, media tonton karya kreatif seperti film, bukan hanya ada di bioskop. Ada Over The Top (OTT) dan media digital lainnya, karenanya dia tetap meminta ekosistem perfilman harus mampu dan mulai mencari alternatif penayangan film di luar bioskop yang sangat hegemonis.
Dalam acara yang juga menghadirkan Menteri BUMN Erick Thohir, Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin, dan narasumber lainnya itu, tema Kebangkitan Perfilman dan Bioskop Pasca Program Vaksinasi Covid-19, oleh Lola Amaria juga dikritik. “Harusnya temanya Kebangkitan Perfilman Indonesia dan Bioskop Pasca Program Vaksinasi Covid-19, karena yang paling pertama dan utama yang harus diperhatikan adalah ekosistem pendukung utama perfilman Indonesia, yaitu orang-orang kreatif seperti kami. Sebagai backbone perfilman Indonesia.” tegas Lola Amaria.