BERBARENG rasa kesalnya, Donal terdiam seakan merenung diri ataukah mungkin berdoa tanpa memejamkan mata, dan melepas sabuk pengaman. Mungkin nanti untuk siap melompat walaupun sulit dicerna oleh akal sehat bagaimana caranya bila nanti terjepit akibat kecelakaan lalulintas jalan karena pengemudinya, Konci ngebut.
***
Secepat bersama-sama telah mendapatkan nomor kontak untuk hape baru mereka, dengan tidak mau tunggu lama-lama keduanya meninggalkan lokasi gapari di sekitaran kota Bogor, dan menetapkan tujuan bersama tetap ke Bandara Kertajati, masih dengan mobil curian tersebut. Sudah tahu dong, sedan toyota keluaran lama itu adalah mobilnya komplotan penculik Konci.
Entah, bagaimana kabar Leo, si penculik, apakah masih berusaha mengejar keberadaan Konci dengan berbagai cara, atau moga-moga sudah tertangkap bersama komplotan penculik yang moga2 juga sudah terlacak posisi persembunyiannya oleh pihak kepolisian.
Selain daripada itu, ayahanda Konci, Pak Yosep sejauh ini sudah sampai mana usaha pengejarannya terhadap putri satu-satunya itu. Belum ada kabar pasti, ataukah mungkin sudah bersama-sama pihak kepolisian secara terus menerus melacak jejak pelarian Konci, terutama setelah mungkin saja Leo bersama komplotannya sudah tertangkap…
Mobil tersebut melaju kencang, Konci di belakang kemudi tidak pedulikan apa kata-kata Donal yang was-was kalau nanti benar-benar terjadi musibah kecelakaan lalulintas. “Kekencengan, woy!” sungut Donal lagi.
“Sebodo amat! Mumpung sepi gini!” Konci menimpali dengan tenangnya. Namun tidak setenang akal pikirannya, karena semakin berhasil mereka lari ke tempat persembunyian yang moga-moga aman, itulah tujuan utama sebenarnya. Apalagi kalau sesuai harapannya untuk terus ditemani Donal, yang terbilang baginya mudah diatur dan penurut. Sebodo deh, pikirnya, kalaupun memang karena ia kini punya banyak uang, maka si Donal nurut-nurut aja?!
“Sepi emang! Tapi jalanan gini kadang ada orang tiba-tiba nyeberang! Kalo kenapa- kenapa, nanti Bukan elu yang di penjara, malah gw masuk penjara lagi!” Donal terus saja ngotot mengingatkan.
“Koq tau, kalo elu yang bakal dikorbanin?!” canda Konci, menimpali.
“Ya iyalah, orang miskin kek gw pasti dikorbanin, entar terpaksa ngakuin gue yang bawa mobil, apalagi ini kan mobil curian gue. Gampang aja dalih pemberatannya. Sementara elu bebas-bebas aja, tinggal nurutin maunya bokap lu, jadi dah dikawinin sama anaknya temen bokap lu. Lagian mana mungkin gue dapet setoran semilyar perak,” ujar Donal, sewot.
“Kasian ya jadi orang miskin,” seloroh Konci sambil melirik dengan senyum manisnya. “Iya deh, iya deh, gw kurangin larinya… Lagian daripada gua dikawinin sama tuh orang, mendingan gue tinggal bareng sama elu…. hehehe, maunya tuh?!”
“Gue kaga sepadan ama elu, lagian cewek kek elu susah diatur!” Kesal si Donal.