Michelle Alozie, Sang Bek yang Peneliti Leukemia dan Kanker

Layar Info Podium TakTik

Fokuskini – Menjadi atlet profesional itu sulit. Ini melibatkan hari-hari yang panjang, jumlah perjalanan untuk laga dalam waktu yang banyak, dan pengorbanan fisik yang hadir dengan memotivasi tubuh Anda hingga pada batas kemampuan.

Namun berat juga tentunya, kerja penelitian medis. Menghabiskan berjam-jam meneliti hasil. Melakukan uji coba yang tidak terhitung jumlahnya, yang mungkin atau tidaknya menghasilkan penelitian yang bermanfaat. Dunia kedokteran selalu berubah.

Sekarang coba bayangkan, karena ada pesepakbola yang melakukan keduanya.

Itulah kenyataan bagi bek Super Falcons Michelle Alozie, yang menghabiskan latihan paginya dengan Houston Dash di liga sepakbola utama NWSL (National Women’s Soccer League) di Amerika Serikat, dan sore harinya bertugas di Rumah Sakit Anak Texas sebagai teknisi penelitian yang mempelajari leukemia akut dan kanker.

“Saya mungkin akan selesai dengan (rutinitas) latihan (sepakbola) sekitar jam 1 siang,” jelasnya kepada FIFA.

“(Selesai itu) Saya akan langsung menuju ke rumah sakit anak, tiba di sana sekitar pukul 13.30, mungkin mengadakan rapat (dengan) tim penelitian, dan kemudian menjalani hari saya sampai sekitar pukul 17.00,” sambungnya.

Kecintaan tulus Alozie pada sepakbola dan kedokteran bersinar sepanjang wawancara berlangsung. Gairah adalah alasan untuk ia mampu mempertahankan dua karier sekaligus.

“Ini gila untuk dipikirkan,” jelasnya. “Ini belum tentu bidang yang saya pikir akan saya temukan sendiri, tetapi sangat luar biasa bisa berdampak pada kehidupan semua anak. Kanker (pada) anak bukanlah sesuatu yang banyak diteliti. Mampu menjadi bagian dari itu, dan menjadi bagian dari penelitian itu adalah berkah yang luar biasa,” jelasnya.

“Saya memiliki hasrat untuk membantu orang. Syukurlah, (ilmu) biologi adalah sesuatu yang sangat saya kuasai di sekolah. dan kedokteran sepertinya pilihan yang tepat di sana. Sekali lagi, sungguh menakjubkan bertemu dengan anak-anak muda ini sehingga saya membantu menemukan obat untuk kanker mereka. Itu sangat berarti bagi saya,” papar lanjut Alozie.

Sang bek menjelaskan, bahwa dirinya dilahirkan untuk bermain sepak =bola, tetapi tumbuh untuk mencintai obat-obatan.

“Saya telah bermain sepakbola sejak saya berusia empat tahun atau sekitar itu, dan menjadi orang Nigeria, (dimana) sepakbola benar-benar mengalir dalam darah kami,” ungkapnya sambil tersenyum.

“Tapi saya (sesungguhnya) hanya memiliki ketertarikan pada obat-obatan, dan saya tahu ini adalah jalur karier yang ingin saya jalani ketika saya tidak bisa berlari di lapangan lagi,” imbuhnya.

Perlu mencari waktu untuk lebih dari satu karier adalah situasi yang akrab bagi begitu banyak atlet wanita. Keraguan kadang-kadang juga merayapi Alozie.

“Saya pikir kadang-kadang saya mungkin merasa seperti saya tidak melakukan cukup baik untuk sepakbola, atau juga di laboratorium penelitian saya,” renungnya.

“Tetapi saya pikir, saya secara keseluruhan sangat berterima kasih. Saya tahu bahwa itu adalah dua minat saya, dan yang membuatnya sangat berharga adalah saya suka melakukan keduanya. Jadi bisa melakukannya secara bersamaan. Untungnya dengan kedua pekerjaan saya, sungguh luar biasa dan benar-benar berkah bisa mewujudkan hasrat dan impian masa kecil saya,” ungkapnya lebih jauh.

Tentu saja, tidak selalu mudah bagi pemain internasional Nigeria ini, yang bertekad untuk tidak mengecewakan pelatihnya atau Dr Alex, bosnya di Rumah Sakit Anak Texas.

“Saya pikir pada awalnya agak sulit untuk menyeimbangkan keduanya,” diakuinya. “Tapi sejujurnya, (saat) baru tumbuh menjadi seorang atlet, kami (telah) belajar menyeimbangkan kehidupan (di usia) yang cukup muda. Agak mudah setelah beberapa saat, (ternyata).”

“Dalam beberapa tahun ke depan saya tidak begitu yakin –- peran (selaku bek) itu bukanlah sesuatu yang Anda jalani untuk waktu yang lama – tetapi saya hanya tahu bahwa saya ingin berada di kedokteran, dan melanjutkan karir itu setelah saya selesai dengan karir sepakbola,” ungkapnya pula.

Michelle Alozie memperoleh gelar Sarjana Biologi Molekuler dari Universitas Yale. Gelarnya telah memberinya keterampilan untuk melakukan pekerjaannya sebagai peneliti, tetapi itu tidak memberinya hak untuk disebut dokter, atau belum sepenuhnya.

Bukan berarti itu menghentikan rekan satu timnya untuk datang kepadanya dengan masalah medis mereka.

“Saya merasa kapan pun terjadi sesuatu, jika ada luka kecil, jika seseorang terbentur, jika perutnya sakit, mereka mendatangi saya!” ujarnya tertawa.

“Saya seperti (ingin mengatakan), Teman-teman, saya bukan dokter, saya sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi secara internal dengan Anda!”

Itu tidak berarti bahwa belajar kedokteran dan mendapatkan gelar dokter tidak dapat dilakukan. Sebaliknya, itu sangat banyak dalam rencana jangka panjangnya.

“Saya pasti akan bermain sepakbola sampai saya benar-benar tidak bisa berlari lagi! Saya tahu sekolah kedokteran akan selalu ada, dan pasti akan ada ketika tulang saya rapuh,” ungkapnya sambil menyeringai.

“Mudah-mudahan dalam beberapa tahun mereka benar-benar bisa memanggil saya Dr Alozie. Tapi sekarang saya hanya perlu menjadi Michelle,” jelasnya menuntaskan wawancara.

Nigeria mengawali babak penyisihan grup lewat hasil imbang melawan Kanada, dan laga kedua tim nasional putri mereka dijadwalkan ketemu “nyonya rumah” FIFA Women’s World Cup 2023 Australia pada Kamis sore WIB (27/7/2023) yang bisa disaksikan langsung di FIFA+ dari stadion Brisbane.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

thirty four − = twenty five