Jokowi: RI Harus Kuasai Pasar dan Perluas Ekspor Ke Negara Nontradisional

Layar Info Podium

Fokuskini – Presiden Joko Widodo menegaskan, Indonesia harus bisa menguasai pasar dan memperluas ekspor ke negara non-tradisional, seperti kawasan Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika. Dirinya juga meminta pelaku usaha Indonesia untuk terus meningkatkan daya saing.

Indonesia harus menjadi pelaku dan produsen yang berdaya saing dan menguasai pasar, tidak boleh hanya jadi pasar.

“Saya juga mengapresiasi penyelenggaraan TEI yang memungkinkan eksportir Indonesia bertatap muka dengan buyer potensial untuk melihat produk dan berinteraksi secara langsung. Sehingga, lebih membuka peluang transaksi. Apalagi, tahun ini juga difokuskan untuk membuka peluang dari pasar non-tradisional,” jelas Presiden Joko Widodo saat mersmikan Trade Expo Indonesia ke-38 secara virtual pada Rabu (18/10/2023) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) – Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten.

Presiden Jokowi meyakini, ekspor ke negara tujuan non-tradisional adalah strategi yang untuk membantu dalam memperluas diversifikasi pasar. Selain itu, memungkinkan pelaku usaha Indonesia, usaha kecil dan menengah (UKM) serta pelaku industri untuk maju lebih jauh dan menjadi bagian integral dari rantai pasok global.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah Indonesia telah menyatukan visi dan misi untuk menjaga ketahanan perekonomian nasional. Salah satunya melalui pembentukan Satuan Tugas Peningkatan Ekspor yang telah resmi disahkan dalam Peraturan Presiden 24 Tahun 2023.

Usai pandemi Covid-19, ekonomi harus bisa lebih baik. “Artinya, perdagangan harus lebih lancar dan capaian TEI tahun ini harus melebihi tahun lalu,” jelas Menko Airlangga.

Trade Expo Indonesia merupakan pameran dagang terbesar di Indonesia yang digelar setiap tahun oleh Kementerian Perdagangan. Pada penyelenggaraan yang ke-38 ini, “TEI 2023” yang mengusung tema Sustainable Trade for Global Economic Resilience dilaksanakan secara hibrida.

TEI ke-38 diharapkan dapat menjadi platform penghubung bagi pelaku usaha, khususnya eksportir nasional, dan buyer internasional untuk menjalin kerjasama bisnis sebagai upaya pengungkit ekspor
nonmigas nasional.

“Tahun lalu, Indonesia memegang Presidensi G20, dan tahun ini, melaksanakan keketuaan ASEAN. Dua momentum tersebut adalah saatnya memanfaatkan kepercayaan internasional sehingga kredibilitas Indonesia semakin diakui dan dihormati dalam pergaulan internasional,” ungkap Menko Airlangga.

Kepercayaan internasional serta ketepatan kebijakan ekonomi, imbuh Menko Airlangga, salah satunya melalui perjanjian dagang dan ekonomi dalam bentuk Preferential Trade Agreement (PTA), Free Trade Agreeement (FTA), maupun Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Seluruhnya diharapkan dapat membuka peluang peningkatan ekspor nonmigas yang lebih besar.

Dalam laporannya, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga turut menegaskan, TEI tidak hanya dapat
dimanfaatkan eksportir nasional untuk mempromosikan produk ekspor unggulan dan potensial untuk dipasarkan secara global, tetapi juga kesempatan untuk mendiversifikasi pasar. Selain itu, mendorong penetrasi ekspor ke negara non-tradisional, serta mengembangkan jejaring bisnis dan investasi.

“Fokus utama TEI adalah transaksi business-to-business yang diharapkan dapat terjalin dalam jangka panjang. Kami optimistis penyelenggaraan TEI tahun ini dapat memperoleh capaian yang positif, meskipun kita tengah menghadapi tantangan perlambatan ekonomi global yang berdampak pada kinerja ekspor Indonesia,” ujar Wamendag Jerry.

Economic resilience atau ketangguhan ekonomi menjadi frasa yang diusung pada tema penyelenggaraan TEI tahun ini. Sejatinya tidak hanya untuk mendorong perdagangan yang berkelanjutan, namun sekaligus mencerminkan upaya bersama menjaga kinerja perdagangan.

Upaya untuk bertahan di tengah berbagai dinamika global. “Satu hal yang membanggakan yang saya kira sudah disampaikan di berbagai kesempatan, bahwa neraca perdagangan mencatatkan prestasinya, selama 41 bulan terakhir mampu bertahan pada posisi surplus. Selama Januari-September 2023, secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia surplus USD27,75 miliar,” diterangkan Wamendag Jerry.

Wamendag Jerry melanjutkan, TEI 2023 menargetkan potensi transaksi sebesar USD11 miliar. Sejauh ini, tercatat 1.542 perusahaan nasional memamerkan produk dan jasa terbaik di Indonesia yang terbagi dalam tujuh zona, yakni produk makanan minuman; rumah tangga; jasa dan digital; kecantikan dan perawatan pribadi; kimia, energi dan produk industri; peralatan medis dan kesehatan; serta fesyen, tekstil dan aksesori.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− seven = one