Fokuskini – Spanyol dengan sejumlah besar pemain pria muda berpotensi gede kembali menuju ke arena Olimpiade di Paris tahun ini sebagai salah satu penantang gelar juara di cabang olahraga sepakbola.
Skuad mereka di antaranya adalah selevel Samu Omorodion, Alberto Moleiro, dan Cristhian Mosquera yang pastinya berusaha keras untuk melanjutkan kesuksesan mereka meraih podium sebagaimana di Tokyo 2020, dan menghilangkan kekecewaan akibat kekalahan dalam perebutan medali emas pada saat itu.
Dalam upaya mereka untuk meraih kejayaan, La Roja pertama-tama harus berjuang untuk lolos dari Grup C yang berisi pendatang baru di turnamen ini, yaitu Uzbekistan dan Republik Dominika, serta peserta Olimpiade 12 kali, Mesir.
Sebagai anggota staf kepelatihan Asosiasi Sepak Bola Spanyol sejak 2010, Santi Denia telah menikmati masa-masa sebagai pelatih tim nasional U-17 dan U-19, di mana ia mengawal kemenangan kontinental di tahun 2017 dan 2019.
Salah satu momen terbaik mantan defender Atletico Madrid ini adalah ketika ia membawa La Rojita ke final Piala Dunia U-17 FIFA pada 2017, ketika anak-anak asuhnya dikalahkan oleh Inggris yang diperkuat oleh talenta-talenta hebat seperti Phil Foden, Jadon Sancho, dan Conor Gallagher.
Denia, yang sekarang menjabat sebagai pelatih skuad U-21 Spanyol dan Olimpiade pria, mendalangi perjalanan ke penentu turnamen di Kejuaraan Eropa U-21 UEFA tahun lalu, namun hanya untuk melihat skuadnya dikalahkan oleh juara bertahan Inggris.
Juru taktik kelahiran Albacete ini sekarang siap untuk kembali meraih kejayaan di Olimpiade setelah menjadi bagian penting dari staf kepelatihan Luis de la Fuente di Tokyo 2020, dan membintangi lini belakang Spanyol pada edisi 1996 di Atlanta.
“Saya sendiri pernah bermain di salah satu edisi Olimpiade, dan ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi setiap pemain,” kata Denia kepada situs resmi FIFA.
Spanyol menghiasi arena Olimpiade cabor sepakbola pria untuk ke-12 kalinya saat mereka nanti berlaga mulai dari penyisihan grup di Prancis pada 24-27-30 Juli mendatang.
Spanyol telah menginjakkan kaki di podium dalam empat dari 11 kali perjuangan mereka, memenangkan perak Olimpiade di Antwerp 1920 sebelum meraih emas di kandang mereka sendiri pada tahun 1992, diikuti dengan finis runner-up di Sydney 2000 dan Tokyo 2020.
Kenangan meraih medali emas yang diraih di ibukota Catalan pada tahun 1992 terukir kuat di benak semua orang suporter Spanyol, saat Kiko Narvaez mencetak lima gol — termasuk dua gol di final yang epik melawan Polandia — dan penampilan gemilang di turnamen ini dari para pemain bintang seperti kapten Pep Guardiola, Luis Enrique, dan Santi Canizares yang membawa tim tuan rumah meraih kejayaan.
Skuad di Olimpiade Sydney 2000, yang diperkuat oleh maestro lini tengah Barcelona, Xavi Hernandez, harus menelan pil pahit dalam drama adu penalti melawan Kamerun di laga puncak setelah the Indomitable Lions melakukan kebangkitan yang luar biasa untuk meraih hasil imbang 2-2 melawan Spanyol yang hanya bermain dengan sembilan pemain.
Skuad Spanyol di Tokyo 2020 juga harus puas dengan medali perak, kalah dari juara bertahan Brasil di puncak final.
Denia, bagian dari staf pelatih yang menyaksikan kekalahan di Yokohama, tidak diragukan lagi akan terpicu oleh kekecewaan itu saat ia berusaha untuk membimbing pasukannya ke podium berikutnya di Paris 2024.