KETIKA tetiba Donal muncul di sampingnya, Konci mencoba menutupi rasa sesuatunya itu dengan segera mengurutkan kebutuhan perlengkapan mandi yang sudah dibelinya khusus untuk Donal, sampai celana dalam dan tidak lupa juga handuk.
“Kalo udah selesai, tinggalin aja semuanya. Lagian pada basah mau dibawanya gimana. Repot, seperti elunya juga ngerepotin…,” lanjut Konci.
“Sampo segala macem, sikat gigi, pake gue sebut segala macemnya yang murah apa adanya itu… Gak sayanglah entar dibuang… Tapi elu jangan ikutan dibuang, entar gue nangis…”
Nah! Mau dibilang keceplosan lagi tapi Konci malah jadi kelihatan enteng-enteng saja perasaanya. Lagi pula Donal memang seakan tidak mendengar apapun. Apakah karena hidupnya gak pernah mau serius, dan terlalu nyantai saja menghadapi segala sesuatunya.
Momentumnya kemudian, ya Konci segera pergi kembali ke restoran, dan Donal buru-buru ke kamar mandi yang mungkin jarang ada di restoran lain yang sesederhana itu.
Dengan situasi semudah begini, perhitungannya nanti mereka berdua mungkin bisa secepatnya memperoleh tiket, dan bisa pergi naik ke pesawat udara di bandara Kertajati nantinya tanpa membuang waktu lama lagi.