Progresif Rock Legendaris YES Bersiap Merilis Album Studio Ke-23

Agenda Baru Galeri Seni Layar Info LEISURE TIME MOMENTUM Muziek! Podium Reka Gaya Tempo Doeloe Video Opsi

Fokuskini – Legenda grup rock progresif YES yang kini terdiri dari Steve Howe, Geoff Downes, Jon Davison, Billy Sherwood dan Jay Schellen bersiap-siap merilis album studio terbaru bertajuk “Mirror To The Sky”, pada 19 Mei nanti melalui InsideOut Music/Sony Music. Video musik resmi untuk lagu debut yakni “Cut From The Stars” sudah bisa disimak di YouTube..

“Ini adalah album yang sangat penting bagi band,” kata Steve Howe, anggota terlama YES, gitaris master, dan personel paling bertanggung jawab yang memproduseri “Mirror To The Sky”.

“Kami menjaga kesinambungan dalam pendekatan (album studio ke-22) yang kami buat pada 2021, The Quest. Seperti yang (selalu) dilakukan YES di tahun 1970-an dari satu album ke album lainnya, kami berkembang dan bergerak maju. Di tahun-tahun berikutnya, YES terus produktif tetapi kemudian tidak melakukan hal yang berkesinambungan. Album ini menunjukkan (lagi) kami yang (tetap) tumbuh dan membangun kembali,” diterangkan Steve Howe.

“Untuk apa yang dilakukan YES next thing adalah menghimpun kumpulan lagu-lagu studio baru yang berenergi tinggi, rumit, kaya, dan berlapis untuk sebuah album yang menambah harta warisan band yang banyak dibicarakan orang, sambil memetakan jalan menuju masa depan yang menarik.

“Mirror To The Sky” akan tersedia dalam beberapa format, dan kesemuanya menampilkan karya seni dari artis dan kolaborator lama, Roger Dean. Khusus terkait pada edisi Blu-ray, menyertakan Dolby Atmos, 5.1 Surround Sound, versi instrumental, dan percampuran stereo hi-res.

Sebagai catatan mereka, tulis Blabbermouth, di saat menyelesaikan “The Quest” — YES menemukan diri dengan sketsa lagu, struktur, dan ide yang menuntut perhatian, dan lantas menerima dukungan tanpa syarat dari bos InsideOut Thomas Waber, yang memotivasi mereka untuk terus berkarya di studio, beberapa bulan sebelum “The Quest” dirilis, yang seakan membuang bensin ke api kreatif mereka.

“Ketika kami mengirimkan semuanya, dan mereka segera saja memasukkan vinil dan semuanya ke dalam produksi untuk memanufaktur, di saat kami masih berada di zona kreatif itu,” jelas Steve Howe.

“Keyakinan yang dimiliki Thomas pada kami benar-benar sangat berarti,” tambahnya.

“Kami benar-benar rukun secara manusia,” ini dikatakan Jon Davison. “Saya merasa seperti semua orang terfokus ke dalam lingkaran yang lebih besar, konsentris pada inti dari standar tertinggi yang mendefinisikan YES. Ini adalah hal yang luar biasa untuk disaksikan dan berperan. Saya percaya ini mencerminkan semangat dalam musik dan masukan kreatif yang masing-masing bersedia memanfaatkannya, bukan untuk kepentingan individu tetapi untuk keseluruhan yang lebih besar yaitu YES.”

“Ada banyak materi yang beredar karena band ini sudah lama tidak melakukan apa-apa di studio. Idenya sangat banyak,” jelas bassis Billy Sherwood.

“Langkahnya cepat. Segera setelah kami selesai dengan The Quest, kami mengambil beberapa istirahat kecil di sana untuk mengatur napas. Tapi masih ada musik yang mengalir dalam lingkaran itu. Itu terus-menerus diperhatikan dan dikerjakan. Karena meski kami semua masih santai-santai saja, malah banyak hal yang mulai berkembang dengan sangat cepat. Kami baru saja memasukkan satu album ke album lain tanpa kesungguhan mempublikasikannya, Hey, ternyata kami sedang mengerjakan rekaman selanjutnya sekarang. Kami terus mengerjakan materi. Itu muncul secara alami, dan kemudian kami menyempurnakannya seiring berjalannya proses. Tapi semburan awal — ada banyak materi di sekitar!”

“Sangat menyenangkan semua orang, termasuk penggemar lama kami, Thomas Waber telah memotivasi ke wilayah yang praktis mereka ciptakan yakni progresif rock epik — meskipun dengan cara yang benar-benar baru dan modern”.

“Saya selalu merasa bahwa akan menyenangkan memiliki hal-hal yang sedikit lebih epik,” imbuhnya, meskipun dirinya menolak godaan untuk mendorong sesuatu yang terlalu diformat dan dapat dianggap dibuat-buat. Dia sekadar memberi ruang bagi band untuk melakukan apa yang mereka lakukan dan membiarkan semuanya berkembang.”

“Mereka sangat bersemangat dengan The Quest dan momentum yang mereka miliki, sehingga mereka langsung kembali ke studio. Apa yang mereka tulis, bahkan sejak awal, jelas mengarah ke arah yang epik itu — sebagai apa arti musik YES bagi saya. Itu hampir merupakan genre tersendiri. Ini adalah YES Music. Mirror To The Sky tentunya adalah YES Music.”

“Mirror To The Sky” menampilkan bukan hanya satu, tapi empat lagu yang berdurasi lebih dari delapan menit, dengan judul lagu yang panoramik dan sinematik datang hanya dalam waktu kurang dari empat belas menit. Terlebih lagi, lagu-lagunya, seperti yang terbaik dari YES, membawa pendengar dalam perjalanan soundscapes yang luas dan dinamis yang juga menampilkan gitar Steve Howe yang memesona, suara sempurnanya pakar kibordis Geoff Downes, melodi dan isian yang indah, vokal malaikat Jon Davison yang sebening kristal, Billy Sherwood dengan bunyian bas yang menari dengan cekatan, dan ledakan drum yang sangat terkontrol dari Jay Schellen yang telah melakukan banyak melakukan konser keliling dengan YES sejak 2016, dan kemudian dipilih untuk menggantikan peran mentor dan sohibnya Alan White selaku personel permanen ketika White meninggal dunia pada tahun lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

42 + = forty seven