“MASIH setia dengan metromini, Bang?!” Donal langsung tersentak, karena tetiba ada yang mengajaknya ngobrol serta duduk di halte menyebelahinya.
Donal menengok ke arah pria sekira usia 40 itu atau sekira beda lebih tua 10 tahun dari dirinya, dan lalu menjawab sekenanya: “Iya, Mas. Nggak mesti capek naik tangga tinggi-tinggi. Melelahkan, berhentinya kejauhan. Repot!”
Sembari cengengesan, pria itu mengenalkan diri sebagai Deni, dan sambil bersalaman lelaki itu mencoba meyakini nama Donal saat berkenalan. “Donald atau Donal?”
“Baru kali ini ada yang menyebut nama saya dengan benar. Jadi memang benar, aslinya Donald, lengkapnya Donaldo hehe. Tapi karena dari kecil kebanyakan tetangga memanggil saya Donal, ya jadi keterusan,” ungkap Donal panjang lebar.
Namun tidak sampai berapa lama, Deni pamit dan beranjak menaiki kendaraan metromini yang datang, sementara Donal melanjutkan berjalan kaki karena tanpa uang sepeserpun dan mulai diganggu rasa lapar. Donal mengarah ke kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Meneguk sisa minuman air mineralnya di siang yang kian terik, Donal melihat seseorang berwajah cemas memarkir terburu-buru sedan toyotanya sedikit jauh dari tempat Donal berdiri. Pria itu sedikit berlari memasuki resto di sisi kiri jalan.
Ketika Donal berada semakin dekat dengan sedan tersebut, Donal menyadari kalau sedan bertransmsi manual itu masih tetap menyala mesinnya, dan ketika Donal mencoba iseng membuka pintu dekat kemudi, juga dalam keadaan tidak terkunci dengan kunci mobil yang tetap tertancap. Dengan begitu, momen kejadian semacam itu jadi menantang niat jahatnya.
Apa yang kemudian dilakukan Donal? Wow, ternyata dia secepatnya masuk dan segera mengemudikan kendaraan roda empat tersebut. Pergi secepatnya meninggalkan lokasi sebelum diteriaki atau dipergoki, (bersambung)