Fokuskini – Perayaan hari bersejarah kini bertambah lagi. Agenda peringatan Hari Bhinneka Tunggal Ika yang siap dirayakan setiap tanggal 15 Juni tersebut, diambil dari tanggal pernikahan ayahbunda Bung Karno, Presiden Republik Indonesia pertama yaitu R Soekeni Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Kisah cinta mereka yang berujung ke jenjang pernikahan pada tanggal 15 Juni 1897 dicatat sebagai tonggak inspirasi proses kebangsaan Indonesia sebelum berdirinya organisasi Boedi Oetomo.
Pencetus peringatan Hari Bhinneka Tunggal Ika adalah DR Nurinwa Ki S Hendrowinoto, penulis biografi tokoh-tokoh bersejarah seperti diantaranya HM Soeharto, H Probosutedjo, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sultan H Hassanal Bolkiah, Ayah Bunda Bung Karno R. Soekeni Sosrodihardjo Ida Ayu Nyoman Rai, Jenderal Sudirman, Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan beberapa orang lagi.
“Pernahkah Anda berpikir bahwa proses kebangsaan bangsa Indonesia dimulai dari sebuah kisah cinta? Adalah kisah cinta R Soekeni Sosrodihardjo, guru Jawa lulusan Kweekschool Probolinggo 1890 yang ditugaskan mengajar di Boeleleng, Bali, dengan Ida Ayu Nyoman Rai gadis Banjar Bale Agung di ujung akhir penutup abad ke-19, “ kata DR Nurinwa Ki S Hendrowinoto menuturkan awal pencetusan peringatan Hari Bhinneka Tunggal Ika.
Menurut Nurinwa, mereka adalah ayah bunda Soekarno Presiden Republik Indonesia pertama. “Kisah cinta mereka yang berujung ke jenjang pernikahan pada tanggal 15 Juni 1897 yang dicatat sebagai tonggak inspirasi proses kebangsaan Indonesia sebelum berdirinya organisasi Boedi Oetomo, dan pantas dijadikan Hari Bhinneka Tunggal Ika bagi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, “ ungkap Doktor Ilmu Sosial lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini.
Nurinwa menyampaikan, Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
“Semboyan ini menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, “ Nurinwa menegaskan.
Dunia ini, lanjut Nurinwa, bukan hanya terdiri dari satu bangsa, tetapi berbangsa-bangsa. Juga sekian banyak bahasa. Sekian banyak budaya. Sekian banyak warna kulitnya. Jika bisa hidup rukun akan menjadi seperti spektrum warna pelangi yang indah.
“Jika Indonesia bisa mewujudkannya akan menjadi percontohan bagi kehidupan masyarakat dunia, karena Amerika dengan unity in diversity masih belum terlaksana meski sudah lebih dari dua abad, dan juga tidak punya filosofi sebagai wahana untuk itu, “ bebernya.
Nurinwa menyampaikan, Indonesia sudah punya Pancasila sebagai filosofi yang memungkinkan untuk bisa hidup rukun bagaikan pelanginya kehidupan berbangsa dan bernegara, mudah-mudahan dapat menciptakan harmoni kehidupan sebagai percontohan bagi peradaban ummat manusia ke masa-masa depan yang lebih aman dan damai.
“Hari Bhinneka Tunggal Ika lahir di Indonesia sebagai contoh untuk masyarakat dunia karena sesungguhnya berbeda itu memang ciptaan Tuhan tetapi bersumber dari-Nya, semoga Hari Bhinneka Tunggal Ika ke-1 tanggal 15 Juni 2021 yang kita peringati kemarin menjelma kenyataan di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dunia, “ pungkas Nurinwa, sumringah.
Adapun, Surijaty Aminan menyambut baik deklarasi Hari Bhinneka Tunggal Ika. “Saya sangat mendukung peringatan Hari Bhnneka Tunggal Ika karena kita memang beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, “ kata Ketua Umum Persaudataan Wanita Tionghoa Indonesia dan Waketum Bidang Peranan Perempuan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia.
Bu Sur, sapaan akrabnya, berharap para deklarator peringatan Hari Bhinneka Tunggal Ika untuk terus menjalin komunikasi. “Keaneragaman adalah kekayaan kita bersama yang harus kita jaga, dan dengan peringatan Hari Bhinneka Tunggal Ika, kita tetap mempertahankan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, “ tegas Bu Sur.
Pada peringatan Hari Bhinneka Tunggal Ika yang ke-1 pada 15 Juni 2021 diadakan di kediaman DR Nurinwa Ki S Hendrowinoto di Depok, Jawa Barat mengingat masih Pandemi Covid-19 sehingga dihadiri hanya oleh beberapa orang saja dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Para deklarator peringatan Hari Bhinneka Tunggal Ika, antara lain DR Nurinwa Ki S Hendrowinoto (Akademi Kebangsaan), Surijaty Aminan (Ketua Umum Persaudaraan Wanita Tionghoa Indonesia dan Waketum Bidang Peranan Perempuan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia), Dodo Karundeng (wartawan budaya kantor berita Antara dan pelukis kartun), Syahnagra Ismail (ketua bidang kebudayaan Ki H Dewantoro, mantan anggota Ďewan Kesenian Jakarta dan pelukis yang telah melanglang dunia), DR Endang Puwaningsih (dosen Universitas Gunadarma), serta Akhmad Sekhu (pengurus Ikatan Keluarga Besar (IKBT) Tegal, sastrawan dan wartawan film, yang novelnya Pocinta mendapat apresiasi sampai ke mancanegara).
Dalam perayaan Hari Bhinneka Tunggal Ika untuk pertama kalinya kemarin, juga sekaligus dijadikan acara peluncuran novel “Stamboel Cinta dari Bali” (Penerbit Balai Pustaka) yang ditulis DR Nurinwa Ki S Hendrowinoto.