Fokuskini – Kementerian Kesehatan menargetkan penurunan angka kasus baru TBC (Tuberkulosis) hingga 65 kasus per 100 ribu penduduk. Sejumlah strategi akan dilakukan Kemenkes dengan dibantu kementerian lainnya dan lembaga terkait untuk pengobatan penyakit paru-paru ini.
Data terbaru kasus TBC menunjukkan sebanyak 301 kasus per 100 ribu penduduk, dan saat ini Indonesia berada di posisi ke-3 kasus TBC terbanyak tingkat global.
Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono Harbuwono dalam keterangannya mengatakan, target 65 kasus per 100 ribu penduduk tersebut harus dicapai hingga tahun 2030.
”Mudah-mudahan langkah konkret bisa dihasilkan pada pertemuan TB Summit, dan memberikan kontribusi kepada seluruh stakeholder terkait untuk menemukan kasus aktif dan pengobatan yang lebih baik kepada pasien-pasien TBC,” terangnya dalam diskusi TB Summit di Bali, kemarin. Kemenkes juga menargetkan penurunan angka kematian hingga 6 per 100 ribu penduduk.
Strategi yang akan dilakukan Kemenkes, tambah Dante, meliputi tiga hal yakni melakukan Preventif, Deteksi, dan Terapi.
Upaya strategi Preventif, dilakukan dengan imunisasi BCG pada anak yang sudah berlangsung puluhan tahun. Cakupan imunisasi BCG pada tiga tahun terakhir angkanya semakin menurun yaitu tahun 2018 sebanyak 37%, 2019 sebanyak 50%, dan tahun 2020 sebanyak 32%. Naik turunnya cakupan dikarenakan adanya pandemi COVID-19.
Kemudian pemberian terapi pencegahan TBC pada kontak erat. ”Jadi mereka yang sudah terkontak dengan pasien TBC di rumahnya bisa diberikan obat TBC sebagai preventif untuk mencegah terjadinya penularan lebih lanjut,” tambah Wamenkes Dante.
Strategi selanjutnya adalah Deteksi, mulai dari fasilitas kesehatan, pelacakan target per desa, kecamatan hingga provinsi dan utilisasi mesin tes cepat molekuler (TCM).
Utilisasi mesin TCM yang tersedia di Puskesmas mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19. Saat ini ada 1.168 alat TCM yang tersebar di 34 provinsi dan 496 kabupaten/kota. Wamenkes Dante menjanjikan penambahan jumlah mesin TCM.
Strategi terakhir adalah Terapi, baik terapi sensitif TBC maupun TBC yang sudah resisten yang sulit diobati.
”Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus berperan serta dalam kegiatan ini. Maka penemuan kasus di luar fasilitas kesehatan menjadi sangat penting dan menjadi ujung tombak dari skrining dan penemuan kasus TBC di masa yang akan datang,” tutur Dante.