Aitana Bonmati, Kontribusi yang Lebih dari Sekadar Gol

Layar Info Podium TakTik

Fokuskini – Pada usia 25 tahun, Aitana Bonmati telah mengambil tempatnya di antara yang terbaik, membantu Spanyol meraih kejayaan di Piala Dunia Wanita FIFA yang berlangsung di Australia dan Selandia Baru pada tahun ini.

Gelandang penting di FC Barcelona itu pergi ke turnamen tanpa banyak gembar-gembor, tetapi dengan belum pulih sepenuhnya Alexia Putellas yang masih berusaha kembali ke kebugaran semula, maka situasi ini pintu terbuka bagi Bonmati untuk menjadi pusat perhatian penonton, dan ia melakukan kesempatannya dengan sedemikian rupa sehingga dihadiahi adidas “Golden Ball” sebagai pemain paling menonjol.

Memulainya dengan menjadi sosok bintang saat melawan Kosta Rika, mencetak gol kedua dalam kemenangan telak 3-0, beserta lebih banyak kontribusinya daripada sekadar gol.

Menghidupkan gaya permainan Spanyol di babak 16 besar ketika melawan Swiss, dan menampilkan performa lapangan yang membuat seluruh dunia mengomentari permainan dan keanggunannya yang serbabisa.

Bonmati melakukan apa yang ia benar-benar kuasai di babak pertama melawan Swiss, mencetak dua gol luar biasa buat skuad asuhan Jorge Vilda.

Dua hari menjelang babak final, ia mendapat pujian dari salah satu idola masa kecilnya, Pep Guardiola.

“Kata-kata Guardiola, ketika apa yang dia katakan disampaikan kepada saya, saya sedikit terkejut karena dia adalah salah satu idola saya sebagai pelatih,” kata Bonmati kepada FIFA.

“Saya tidak melihatnya sebagai pemain, tetapi saya menjalani tahun-tahun terbaik saya di masa kecil saya bersamanya sebagai pelatih Barca. Masa keemasan itu. Mereka mungkin yang terbaik atau salah satu yang terbaik dalam sejarah. Saya mengikutinya tidak peduli di klub mana dia (sekarang). Pembinaan, dan fakta bahwa dia berbicara baik tentang saya, saya berterima kasih,” paparnya.

Bonmati mengakhiri musim kompetisi yang ajaib baginya, di mana ia memenangkan Liga Champions Wanita UEFA dengan Barca, dan menjadi pencetak gol terbanyak di kompetisi itu dan Liga F Spanyol, pencapaian yang kemudian ia tingkatkan dengan medali pemenang Piala Dunia. dan penghargaan Golden Ball.

“Kami selalu tampil dengan gaya permainan (biasanya), tapi terkadang turnamen ini, atau permainan pada umumnya, Anda harus bersaing,” ungkap Bonmati.

“Gaya (permainan) kami sangat bagus tetapi jika Anda tidak (mampu) bersaing, Anda tidak mendapatkan kemenangan. Bermain dengan baik itu sangat bagus tetapi pada akhirnya ini tentang bersaing dan memiliki kepercayaan pada diri sendiri, dan saya melihat kami sebagai tim yang kuat dalam bertahan,” imbuhnya, menjelaskan.

“Kami bukan hanya tentang sentuhan, sentuhan, sentuhan, tetapi jika kami bisa menang dengan cara itu, itu lebih baik lagi,” harapnya.

Puncak permainan selalu berada di depan mata Bonmati, sejak ia mulai berlatih sebagai junior dengan skuad pria di CF Cubelles, dan sejak ia menjadi pemain Barca pada usia 13 tahun.

Lebih dari sekadar komponen kunci dari susunan pemain Azulgrana, ia adalah pemimpin mereka di lapangan. Dengan kemampuannya mengelola permainan, kontrol bola dan tempo, serta visi dan keinginannya untuk menang, maka ia telah menjadi salah satu pemain paling berpengaruh tahun ini.

“Saya pikir tidak ada yang menonjol secara individu di turnamen ini, saya pikir kita semua telah memasukkan segalanya ke dalamnya,” diterangkan Bonmati.

“Kadang-kadang Anda harus memilih pemain, tapi banyak pemain yang bisa terpilih sebagai pemain terbaik di turnamen.,” sambungnya.

“Dalam pertandingan tertentu ada yang menonjol, dalam pertandingan tertentu ada yang lain dan itu adalah hal yang baik, sebuah tim yang tidak bergantung pada satu pemain dan kami bermain bersama untuk tujuan yang sama,” diakui Bonmati.

“Beberapa dari kami sangat beruntung,” lanjut Bonmati, yang lahir di Sant Pere de Ribes pada 18 Januari 1998.

“Kami telah memenangkan Liga Champions bersama Barcelona dan sering bermain di Camp Nou. Kami telah memecahkan rekor kehadiran, dengan 90.000 orang penonton menemui kami. Kami telah memainkan banyak pertandingan besar di depan banyak orang, dengan suasana yang luar biasa,” ungkapnya, emnyambung cerita.

Karier gemilangnya juga mencakup raihan gelar di level U-17 dan U-19 Eropa, dan medali runner-up dari FIFA U-20 Women’s World Cup France 2018. Bonmati memiliki karakter dan keberanian untuk maju dengan kualitas permainannya. Dirinya antara lain dinilai memiliki mesin gerak untuk masuk ke kotak pertahanan lawan berkali-kali.

Saat kembali dipanggil ke tim nasional untuk laga Piala Dunia di Australia dan Selandia Baru (2023), ia menjadi pemimpin La Roja di dalam dan di luar lapangan, ambisinya tercermin dari gaya bertarungnya.

Dirinya dipandang menjadi batu ujian di dalam skuad jawara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

thirty seven − 33 =