Fokuskini – Solo eksibisi ke-10 sang pelukis legenda hidup Syahnagra Ismail yang bertajuk Painting Outloud terkait setengah abad beliau berkarya masih berlangsung hingga Kamis (31/8/2023) di Balai Budaya, Jakarta Pusat.
Bila menemukan perubahan yang bertujuan menjadi lebih baik terhadap karya-karyanya, itu pasti tetapi sama sekali tidak harus berkaitan dengan periode atau jangka waktu tertentu, karena menurut Nagra segalanya itu bergantung pada situasi yang memaksa perubahan itu sendiri. “Bukan lantaran tren!” tegasnya.
Ditambahkannya, beberapa minat perubahan pada karya-karya impresionis dan abstraknya walau bagaimana jelas tidak mampu mengubah karakter dan sikap berkeseniannya.
Jangan kaget ya, jika Nagra saat ini berkehendak ada yang mengirimnya buat melukis di Ukraina secara langsung. dengan maksud malah membangun persahabatan dan kedamaian sebagai masalah yang paling penting.
“Sebetulnya yang bisa menghentikan perang kan kesenian, tetapi banyak orang kan tidak percaya,” keluh Nagra.
“Ketika (nanti mungkin) melukis di Ukraina, perang (semoga saja) malah berhenti…. Ketika (mereka yang berperang) melihat ada orang melukis, bom tidak jadi dilepaskan,” ungkapnya, dan rencananya itu sebagai bagian keberanian kreatifitas berkarya.
“Yang (sanggup) mendamaikan dunia adalah pelukis,” harapnya.
Berbicara lanjut tentang pameran tunggalnya kali ini, ia menyadari: “(Karya-karya) Yang baru selalu lebih menarik, tetapi eksibisi saya yang lalu yaitu Indonesia Raya di pusat kesenian Taman Ismail Marzuki (Jakarta, 2013) dan Bentara Budaya (Yogya, 2014) membawa makna supaya Indonesia lebih damai lebih bersatu.”
“(Eksibisi tunggal tersebut) Menjadi sejarah penting bagi karier melukis saya,” sambungnya.
“Sekarang saya merespons pada permasalahan dunia. Persatuan dunia harus tercipta, tanpa (melalui) peperangan,” ungkap Nagra, yang terkait lima dekadenya berkarya juga membuka sesi diskusi.