Brendan Rodgers Salahkan Naifnya Pertahanan “The Foxes”

Fit Afiat LEISURE TIME MOMENTUM Podium TakTik

Fokuskini – Pelatih kepala Leicester City, Brendan Rodgers mengaku dirinya bahkan tidak tahu apa-apa tentang Liga Konferensi Eropa, dan cenderung fokus menyalahkan naifnya blokade pertahanan skuadnya sambil mengomentari kekalahan pahit 3-2 di fase grup Liga Europa melawan Napoli.

The Foxes memulai laga akhir penyisihan dengan posisi di puncak Grup C, tetapi mereka berakhir tragis menempati tempat ketiga dan menuju ke kompetisi Liga Konferensi Eropa setelah kekalahan mereka diperparah oleh kemenangan 1-0 Spartak Moskva atas Legia Warszawa, yang dengan hasil itu klub Rusia tersebut memuncaki klasemen dibuntuti Napoli.

Ditanya apakah sekarang memenangkan Liga Konferensi Eropa menjadi prioritas, Rodgers mengatakan kepada BT Sport: “Saya harus jujur, saya bahkan tidak tahu apa-apa (mengenai) kompetisi (UEFA Europa Conference League).”

“Sejujurnya, saya fokus pada Liga Europa dan memenangkan (fase) grup, atau setidaknya finis kedua, jadi dengan segala hormat untuk kompetisi (Liga Konferensi Eropa), saya tidak yakin apa itu. Tapi saya yakin, saya akan segera mengetahuinya.”

Sebagian besar pembicaraan sebelum laga kekalahan menyakitkan itu adalah tentang Leicester yang harus meninggalkan tujuh pemain karena sakit.

Rodgers mengkonfirmasi beberapa pemain yang tidak disebutkan namanya telah di tes positif terkena virus korona, sementara yang lain ditinggalkan berisolasi diri sebagai tindakan pencegahan.

Tapi harus juga diakui mereka membawa skuad Foxes yang kuat yang turun ke lapangan, termasuk gelandang Belgia, Youri Tielemans yang kembali dari absen lima pertandingan karena masalah betis.

“Saya pikir ada banyak kenaifan di tim kami, banyak pemain muda, dan jelas ada permintaan yang lebih banyak untuk mereka musim ini,” jelas Rodgers

“Kami telah memainkan sejumlah sistem dan pola (permainan), dan secara individual itu bermuara pada kemampuan untuk memiliki mentalitas itu untuk melacak serangan atau memburunya, atau menghentikan umpan silang. Tapi itu adalah tanggung jawab saya untuk menemukan solusi itu.”

“Saya merasa kami lumayan bagus secara ofensif. Saya berkata kepada para pemain jika kami bisa mempersempit jarak dan melakukan sisi lain permainan – lakukan lebih banyak untuk memblokir tembakan dan lebih agresif. Tetapi pada akhirnya kami tidak bertahan dengan cukup baik.” (dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

sixty four − fifty five =