Fokuskini – Deutsche Welle lewat rilis artikel di situs pemberitaannya menyiarkan sikap pandang mereka tentang film dokumenter grup K-Pop wanita paling sukses di Korea, BlackPink yang ditayangkan di Netflix dalam tajuk BlackPink: Light Up the Sky. DW menilai mereka bermain aman dengan hanya membidik di permukaan daripada menggali lebih dalam tentang sisi gelap kehidupan perjalanan mereka menuju fase gemilang.
Diakui sumber Koreaboo.com, industri hiburan K-Pop memang memiliki program pelatihan yang sangat sulit ketika mempersiapkan dan melatih calon trainee muda untuk mampu tampil di atas panggung.
Lewat bagian ulasannya, DW menyebutkan bukti YG Entertainment yang memiliki lusinan gadis menghabiskan tempo 14 jam dalam pelatihan setiap hari dengan tujuan menyusun girl band baru ini. Sesi-sesi yang brutal – seolah-olah mereka akan menuju pertandingan di arena Olimpiade.
Mereka mengerti bahwa penonton membayar untuk melihat kesempurnaan, sehingga etos kerja yang disiplin inilah yang membuat K-Pop begitu populer, demikian tanggapan Koreaboo.
Meskipun film dokumenter tersebut berfokus pada empat gadis (BlackPink) yang berhasil menjadi girl grup K-Pop terpanas sepanjang masa, mereka dinilai tidak mengikutkan informasi jelas tentang nasib mereka yang gagal.
Padahal, diungkapkan DW, puluhan anak muda itu tersingkir setiap tahun, karena mereka dianggap tidak berbakat atau kurang disiplin, dan kemudian ditandai dengan stigma kegagalan.
Juga, karena K-Pop diatur dalam ketetapan patron ekspektasi moral yang tinggi di Korea, maka mereka sering menghindari kontroversi dan masalah-masalah yang sensitif.
Secara keseluruhan, mereka merasa bahwa tekanan untuk terus menjadi sempurna telah terbukti terlalu berat bagi beberapa artis K-Pop, dan sisi gelap K-Pop perlu dieksplorasi lebih dalam. Apa pendapat Anda tentang ini? (jos)